Kekuatan Dari Sebuah Doa | Serba Serbi komplit

Kekuatan Dari Sebuah Doa


doa 1
Doa
Manusia dijadikan bersifat lemah , butuh perlindungan dan pertolongan. Kemampuan manusia dibatasi oleh penglihatan, pendengaran, akal dan fisiknya. Banyak peristiwa terjadi diluar jangkauan kemampuan manusia untuk mengatasinya. Dalam keadaan seperti itu manusia akan mencari kekuatan diluardirinya untuk mengatasi berbagai masalah tersebut.
Untuk mengatasi berbagai hal yang diluar kemampuannya manusia berusaha meminta tolong kepada sesuatu yang mereka anggap kuat . Ada yang meminta tolong pada sesuatu yang mereka anggap sebagai tuhan , berhala yang mereka sembah, para dewa, kekuatan dan ruh leluhur, benda benda dan makam keramat, Jimat , benda pusaka dan lain sebagainya.
Kebanyakan manusia tidak menyadari kelemahan dirinya, mereka merasa kuat, mampu  serta perkasa untuk menyelesaikan dan mengerjakan berbagai  hal dalam kehidupan sehari hari. Keberhasilan dan kesuksesan menyebabkan mereka jadi sombong dan pongah . Mereka merasa bisa mendapatkan uang dan kekuasaan dengan kemampuan diri mereka sendiri. Mereka merasa segala sesuatu bisa mereka dapatkan dengan uang, kekuasaan dan kemampuan dirinya. Mereka tidak perlu bantuan siapapun , bahkan mereka tidak perlu dengan Tuhan.
Namun  semua itu akan berubah tatkala mereka dihadapkan pada sesuatu yang tidak bisa diatas dengan kekuatan uang, kekuasaan dan kemampuan dirinya. Ketika kapal yang mereka tumpangi di ayun  dan dihempaskan ombak dan badai ditengah lautan. Tatkala kebangkrutan melanda bisnis mereka, tatkala kemarau panjang meluluh lantakan kebun mereka, ketika penyakit yang tak kunjung sembuh menggerogoti tubuh mereka, ketika berbagai bencana meluluh lantakan semua usaha dan bisnis mereka, ketika uang, kekuasaan dan kemampuan diri mereka tidak bisa mengatasi semua itu. Mulailah mereka berpaling mencari sesuatu kekuatan yang dapat menyelamatkan diri mereka.
Banyak diantara mereka yang putus asa, diantaranya ada yang mulai mencari kekuatan penolong diluar dirinya, mereka minta tolong pada sesuatu yang mereka anggap kuat, apakah dewa, ruh leluhur, paranormal, benda keramat ataupun Tuhan.
Ada suatu kekuatan dahsyat yang dapat membuat air laut terbelah, api yang panas menjadi dingin, ombak laut yang ganas menjadi tenang, badai yang dahsyat jadi terdiam, penyakit yang tak kunjung sembuh lenyap seketika.  Kekuatan dahsyat yang bisa menyebabkan terjadinya berbagai hal luar biasa dan tak terjangkau oleh akal dan fikiran manusia itu adalah kekuatan do’a yang dipanjatkan oleh seorang hamba Allah.
Siapapun yang serius menggunakan kekuatan doa tersebut , merekalah  orang yang beruntung. Karena kekuatan doa itu amat dahsyat sekali,karena yang dituju dan diandalkan dengan sebuah doa itu adalah Dzat Yang Maha Kuasa.
Ikhtiar jika tidak hati-hati, maka seseorang akan memiliki pola pikir mengandalkan dirinya sendiri. Keberhasilan akan membuatnya berbangga diri dan tinggi hati, dan kegagalan akan membuatnya mudah frustasi. Oleh sebab itu kita perlu selalu menyertai ikhtiar dengan doa, sejak sebelum, sedang dan setelah ikhtiar. Mengapa? Supaya yang kita andalkan hanyalah Allah Swt. Karena tidak ada sesuatu apapun yang keluar dari kekuasaan Allah Swt.
Allah Swt. berfirman dalam surat Al Baqarah 117 :
“Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya, “Jadilah!” lalu jadilah ia.” (QS. Al Baqoroh 117)
Al Qur’an telah mengajarkan orang yang beriman untuk meminta pertolongan hanya kepada Allah saja. Tidak ada yang bisa mengabulkan doa dan menyelamatkan manusia  dari berbgai kesulitan selain Allah.  Karena itu Allah memerintahkan dalam surat al Mukmin ayat 60:

60. Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina.”
Rasulullah saw  bersabda  : Ad du’aa silahul mukmin (doa itu adalah senjatanya orang mukmin) .  Beliau juga mengatakan  :  “Tidak ada yang dapat menolak taqdir (ketentuan) Allah Ta’ala selain do’a. Dan Tidak ada yang dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik.” (HR Tirmidzi 2065)
Betapa dahsyat kekuatan doa seorang mukmin dapat kita ikuti pada beberapa kisah berikut ini :
Seorang Dr Ahli Bedah terkenal (Dr. Ishan) tergesa-gesa menuju airport. Beliau berencana akan menghadiri Seminar Dunia dalam bidang kedokteran, yang akan membahas penemuan terbesarnya di bidang kedokteran.
Setelah perjalanan pesawat sekitar 1 jam, tiba-tibs diumumkan bahwa pesawat mengalami gangguan dan harus mendarat di airport terdekat.
Beliau mendatangi ruangan penerangan dan berkata: Saya ini dokter special, tiap menit nyawa manusia bergantung ke saya, dan sekarang kalian meminta saya menunggu pesawat diperbaiki dalam 16 jam?
Pegawai menjawab: Wahai dokter, jika anda terburu-buru anda bisa menyewa mobil, tujuan anda tidak jauh lagi dari sini, kira-kira dengan mobil 3 jam tiba.
Dr. Ishan setuju dengan usul pegawai tersebut dan menyewa mobil. Baru berjalan 5 menit, tiba-tiba cuaca mendung, disusul dengan hujan besar disertai petir yang mengakibatkan jarak pandang sangat pendek.
Setelah berlalu hampir 2 jam, mereka tersadar mereka tersesat dan terasa kelelahan. Terlihat sebuah rumah kecil tidak jauh dari hadapannya, dihampirilah rumah tersebut dan mengetuk pintunya. Terdengar suara seorang wanita tua: Silahkan masuk, siapa ya? Terbukalah pintunya.
badai 1Dia masuk dan meminta kepada ibu tersebut untuk istirahat duduk dan mau meminjam telponnya. Ibu itu tersenyum dan berkata: Telpon apa Nak? Apa anda tidak sadar ada dimana? Disini tidak ada listrik, apalagi telepon. Namun demikian, masuklah silahkan duduk saja dulu istirahat, sebentar saya buatkan teh dan sedikit makanan utk menyegarkan dan mengembalikan kekuatan anda.
Dr. Ishan mengucapkan terima kasih kepada ibu itu, lalu memakan hidangan. Sementara ibu itu sholat dan berdoa serta perlahan-lahan mendekati seorang anak kecil yang terbaring tak bergerak diatas kasur disisi ibu tersebut, dan dia terlihat gelisah diantara tiap sholat. Ibu tersebut melanjutkan sholatnya dengan do’a yang panjang.
Dokter mendatanginya dan berkata: Demi Allah, anda telah membuat saya kagum dengan keramahan anda dan kemuliaan akhlak anda, semoga Allah menjawab do’a-do’a anda.
Berkata ibu itu: Nak, anda ini adalah ibnu sabil yang sudah diwasiatkan Allah untuk dibantu. Sedangkan do’a-do’a saya sudah dijawab Allah semuanya, kecuali satu.
Bertanya Dr. Ishan: Apa itu do’anya?
Ibu itu berkata: Anak ini adalah cucu saya, dia yatim piatu. Dia menderita sakit yang tidak bisa disembuhkan oleh dokter-dokter yang ada disini. Mereka berkata kepada saya ada seorang dokter ahli bedah yang akan mampu menyembuhkannya; katanya namanya Dr. Ishan, akan tetapi dia tinggal jauh dari sini, yang tidak memungkinkan saya membawa anak ini ke sana, dan saya khawatir terjadi apa-apa di jalan. Makanya saya berdo’a kepada Allah agar memudahkannya.
Menangislah Dr. Ishan dan berkata sambil terisak: Allahu Akbar, Laa haula wala quwwata illa billah. Demi Allah, sungguh do’a ibu telah membuat pesawat rusak dan harus diperbaiki lama serta membuat hujan petir dan menyesatkan kami, Hanya untuk mengantarkan saya ke ibu secara cepat dan tepat. Saya lah Dr. Ishan Bu, sungguh Allah subhanahu wa ta’ala telah menciptakan sebab seperti ini kepada hambaNya yang mukmin dengan do’a.
Ini adalah perintah Allah kepada saya untuk mengobati anak ini. (Sebuah Kisah nyata, dari Negeri Pakistan)
***
Basrah, Iraq. Sudah beberapa lama tak turun hujan. Hari itu belum beranjak siang. Terik matahari mulai terasa. Angin musim kemarau berhembus. Angin kering padang pasir menerpa wajah. Orang-orang mulai kesulitan mendapati air. Demikian juga binatang peliharaan yang kelihatan kurus-kurus.
Hari itu penduduk Basrah sepakat untuk mengadakan shalat Istisqa’. Untuk meminta hujan yang sudah sekian lama tertahan. Shalat itu akan dihadiri para ulama Basrah dan tokoh masyarakatnya. Yang langsung akan dipimpin oleh salah seorang ulama pilihan di antara mereka. Nampak di antara para ulama yang sudah hadir Ulama Besar Malik bin Dinar, Atho’ As-Sulaimi, Tsabit Al-Bunani, Yahya Al-Bakka, Muhammad bin Wasi’, Abu Muhammad As-Sikhtiyani, Habib Abu Muhammad Al-Farisi, Hasan bin Abi Sinan, Utbah bin Al-Ghulam, dan Sholeh Al-Murri.
Benar-benar sebuah sholat Istisqo’ yang istimewa. Dihadiri orang-orang terbaiknya. Tentunya dengan harapan agar Allah menurunkan kembali hujan yang ditahan karena dosa-dosa manusia.
Para penduduk nampak berduyun-duyun mendatangi lapangan yang telah ditentukan. Para ulama pun sudah mulai nampak di lapangan itu.
Anak-anak kecil yang asyik belajar di tempat pengajian Al-Qur’an mereka, juga nampak berlarian menuju lapangan. Demikian juga para wanitanya. Besar, kecil, laki, perempuan, tua, muda, semuanya tidak ada yang ketinggalan untuk mengikuti sholat. Dengan hanya satu harapan, agar hujan kembali turun.
Sholat dimulai. Dua rokaat sudah. Selesai itu sang imam menyampaikan khutbah dan doa panjangnya. Mengakui segala kelemahan dan kesalahan manusia yang menyebabkan murka Allah. Dan mengharap kembali turunnya berkah hujan dari langit. Karena masih ada orang tua dan binatang yang tidak bersalah ikut menanggung akibat dosa sebagian orang. Doa terus dipanjatkan.
Waktu terus beranjak siang. Tidak ada tanda-tanda akan turun hujan. Mendung tak kunjung datang. Langit masih terlihat cerah. Matahari semakin terasa terik. Sholat Istisqa’ selesai. Semua penduduk pulang ke rumah masing-masing. Tinggallah para ulama yang masing-masing bertanya dalam hati mengapa hujan tak kunjung datang. Padahal telah berkumpul orang-orang baik dan pilihan di masyarakat Basrah.
Akhirnya diputuskan untuk menentukan hari lain. Mengulang sholat Istisqa’ berharap untuk kali ke dua ini, Allah mengabulkan doa mereka. Sholat kedua ditentukan. Suasana sholat ketika itu tidak jauh berbeda dengan sholat sebelumnya. Dan kali ini pun belum ada tanda-tanda dikabulkannya doa. Langit masih sangat cerah dengan terik matahari tengah hari. Tanda tanya di hati para ulamanya semakin besar.
Sholat ketiga pun segera menyusul. Semoga yang ketiga inilah yang didengar, begitu harapan mereka. Persis seperti yang pertama dan kedua, sholat yang ketiga pun mempunyai suasana yang sama. Dan ternyata hasilnya pun sama. Hujan masih tertahan entah karena apa. Tanda tanya di hati para ulama Basrah kian menggelayut di dalam hati mereka masing-masing. Tanpa jawaban. Seluruh penduduk dan ulamanya pulang ke rumah dan tidak tahu kapan musim kering itu berlalu.
Tersisa Malik bin Dinar dan Tsabit Al-Bunani di lapangan terlihat berbincang serius. Perbincangan itu dilanjutkan di masjid yang tidak jauh dari tempat itu. Hingga malam datang menjelang. Masjid sudah sepi, tidak ada lagi yang sholat. Karena sudah malam larut.
Tiba-tiba mereka berdua dikejutkan oleh seorang dengan kulit berwarna gelap, wajah yang sederhana, dengan betis tersingkap yang terlihat kecil, dengan perut buncit. Orang itu memakai sarung dari kulit domba, demikian juga kain yang dipakainya untuk atas badannya. “Aku memperkirakan semua yang dipakainya tidak melebihi dua dirham saja,” kata Malik bin Dinar. Yang menunjukkan bahwa orang itu hanyalah orang miskin yang tidak memiliki banyak harta.
Malik bin Dinar mengamati gerak-geriknya, ingin mengetahui apa yang akan dilakukan oleh orang hitam itu di larut malam seperti ini. Orang itu menuju tempat wudhu. Setelah selesai wudhu, seperti tanpa mempedulikan Malik dan Tsabit yang mengamatinya dari tadi, orang itu menuju mihrab imam kemudian sholat dua rokaat. Sholatnya tidak terlalu lama. Surat yang dibaca tidak terlalu panjang. Ruku’ dan sujudnya sama pendeknya dengan lama berdirinya.
Selesai sholat, orang itu menengadah tangannya ke langit sambil berdoa. Malik bin Dinar mendengar isi doa yang disampaikan dengan suara yang tidak terlalu tinggi tapi terdengar. “Tuhanku, betapa banyak hamba-hamba-Mu yang berkali-kali datang kepada-Mu memohon sesuatu yang sebenarnya tidak mengurangi sedikitpun kekuasaan-Mu. Apakah ini karena apa yang ada pada-Mu sudah habis? Ataukah perbendaharaan kekuasaan-Mu telah hilang? Tuhanku, aku bersumpah atas nama-Mu dengan kecintaan-Mu kepadaku agar Engkau berkenan memberi kami hujan secepatnya.”
Setelah mendengar itu Malik bin Dinar berkata, “Belum lagi dia menyelesaikan perkataannya, angin dingin pertanda mendung tebal menggelayut di langit. Kemudian tidak lama, hujan turun dengan begitu derasnya. Aku dan Tsabit mulai kedinginan.”
Malik dan Tsabit hanya bisa tercengang melihat orang hitam itu. Mereka berdua menunggu hingga orang itu selesai dari munajatnya. Begitu terlihat orang itu selesai, Malik menghampirinya dan berkata, “Wahai orang hitam tidakkah kamu malu terhadap kata-katamu dalam doa tadi?” Orang tdai bertanya, “Kata-kata yang mana?” “Kata-kata: dengan kecintaan-Mu kepadaku,” kata Malik. “Apa yang membuatmu yakin bahwa Allah mencintaimu?” sambung Malik. Orang itu menjawab, “Menyingkirlah dari urusan yang tidak kamu ketahui, wahai orang yang sibuk dengan dirinya sendiri! Dimanakah posisiku ketika aku dapat mengkhususkan diri kami untuk beribadah hanya kepada-Nya dan ma’rifat kepada-Nya. Mungkinkah aku dapat memulai hal itu jika tanpa cinta-Nya kepadaku sesuai dengan kadar yang dikehendaki dan cintaku kepada-Nya sesuai dengan kadar kecintaanku.”
Setelah berkata itu, dia pergi begitu saja dengan cepatnya. Malik memohon, “Sebentar, semoga Allah merahmatimu. Aku perlu sesuatu.” Orang itu menjawab, “Aku adalah seorang budak yang mempunyai kewajiban untuk mentaati perintah tuanku.”
Akhirnya Malik dan Tsabit sepakat untuk mengikuti dari jauh. Ternyata orang itu memasuki rumah seorang yang sangat kaya di Basrah yang bernama Nakhos. Malam sudah sangat larut. Malik dan Tsabit merasakan sisa malam begitu panjang, karena rasa penasarannya untuk segera mengetahui orang itu di pagi harinya.
Pagi yang dinanti akhirnya tiba. Malik yang memang mengenal nakhos itu segera menuju rumahnya untuk menanyakan budak hitam yang dijumpainya semalam. “Apakah engkau punya budak yang bisa engkau jual kepadaku untuk membantuku?” kata Malik bin Dinar beralasan untuk mengetahui budak hitam yang dijumpainya semalam. Nakhos berkata, “Ya, saya mempunyai seratus budak. Kesemuanya bisa dipilih.” Mulailah Nakhos mengeluarkan budak satu per satu untuk dilihat Malik. Sudah hampir semuanya dikeluarkan, ternyata Malik tidak melihat budak yang dilihatnya semalam. Sampai Nakhos menyatakan bahwa budaknya sudah dikeluarkan semua. “Apakah masih ada yang lain?” tanya Malik. “Masih tersisa satu lagi,” jawab Nakhos.
Saat itu waktu mendekati waktu dhuhur. Saat istirahat siang. Malik berjalan ke belakang rumah menuju suatu kamar yang sudah terlihat reot. Di dalam kamar itulah Malik melihat budak hitam yang dilihatnya semalam sedang tertidur lelap. “Nakhos, dia yang saya mau, ya demi Allah dia,” kata Malik semangat. Dengan penuh keheranan Nakhos berkata, “Wahai Abu Yahya, itu budak sial. Malamnya habis untuk menangis dan siangnya habis untuk sholat dan puasa.” “Justru untuk itulah aku mau membelinya,” kata Malik. Melihat kesungguhan Malik, Nakhos memanggil budak tadi.
Dengan wajah kuyu, dengan rasa kantuk yang masih terlihat berat budak itu keluar menemui majikannya. Nakhos berkata kepada Malik, “Ambillah terserah berapa pun harganya agar aku cepat terlepas darinya.”
Malik mengulurkan dua puluh dinar sebagai pembayaran atas harga budak itu. “Siapa namanya?” tanya Malik yang sampai detik itu masih belum mengetahui namanya. “Maimun.”
Malik menggandeng tangan budak itu untuk diajak ke rumahnya. Sambil berjalan, Maimun bertanya, “Tuanku, mengapa engkau membeliku padahal aku tidak cocok untuk membantu?”
Malik berkata, “Saudaraku tercinta, kami membelimu agar kami bisa membantumu.” “Kok bisa begitu?” tanya Maimun keheranan. “Bukankah kamu yang semalam berdoa di masjid itu? Tanya Malik. “Jadi kalian sudah tahu saya?” Maimun kembali bertanya. “Ya akulah yang memprotes doamu semalam,” kata Malik.
Budak itu meminta untuk diantar ke masjid. Setelah sampai ke pintu masjid, dia membersihkan kakinya dan masuk. Langsung sholat dua rokaat. Malik bin Dinar hanya bisa diam sambil mengamatinya dan ingin tahu apa yang ingin dilakukannya. Selesai sholat, orang itu mengangkat tangannya berdoa seperti yang dilakukannya kala malam itu. Kali ini dengan doa yang berbeda, “Tuhanku, rahasia antara aku dan Engkau telah Engkau buka di hadapan makhluk-makhluk-Mu. Engkau telah membeberkan semuanya. Maka bagaimana aku nyaman hidup di dunia ini sekarang. Karena kini telah ada yang ketiga yang menghalangi antara aku dan diri-Mu. Aku bersumpah, agar Engkau mencabut nyawaku sekarang juga.”
Tangan diturunkan, budak itu kemudian sujud. Malik mendekatinya. Menunggu dia bangun dari sujudnya. Tetapi lama dinanti tak juga bangun. Malik menggerakkan badan budak itu, dan ternyata budak itu sudah tidak bernyawa lagi. dikisahkan dalam kitab Shifatus Shafwah karangan Ibnul Jauzi, bahwa suatu hari Imam Ahmad Bin Hanbal melakukan perjalanan jauh dan kemalaman, hingga sempat kebingungan untuk mencari tempat bermalam. Kemudian ia meminta izin kepada pengurus masjid setempat untuk memperbolehkannya istirahat di masjid barang satu malam.
Sayang sekali, kendati ketenaran Imam Ahmad sudah sampai di seluruh pelosok negeri, dan di wilayah tersebut sudah banyak ajaran dan pengikut mazhabnya namun tak banyak orang yang tahu bagaimana sosok dan rupa sang Imam, karena keterbatasan informasi dan teknologi. Karena itulah, pengurus masjid tak memperbolehkannya menginap di masjid setempat. Sang Imam besar pun sempat luntang-lantung malam itu, hingga akhirnya seorang pengusaha roti bersedia menerima ia di rumahnya.
” Ketika sampai di rumah si tukang roti, Imam Ahmad terus memperhatikan amalan yang diwiridkan terus oleh sang tuan rumah. Menurutnya, amalan tersebut sederhana namun istimewa. Sang tuan rumah senantiasa beristighfar dalam setiap aktivitas yang ia lakukan. Lidahnya selalu saja basah dengan zikir dan meminta ampunan Alloh.Wahai Tuan, apa fadhilah yang Tuan dapatkan dari amalan selalu beristighfar tersebut?” tanya Imam Ahmad penasaran. Tuan rumah pun tersenyum dan menjawab, “Fadhilahnya, setiap doa yang saya panjatkan kepada Alloh, pasti selalu dikabulkan-Nya,” jawab si tuan rumah. Imam Ahmad sangat salut kepadanya.
“Tapi, ada satu doa saya yang hingga saat ini belum dikabulkan Alloh,” sambung sang tuan rumah. Imam Ahmad pun kembali penasaran. “Doa apakah itu, Tuan?” tanyanya. “Dari dahulu, saya berdoa kepada Alloh agar saya dipertemukan dengan Imam mazhab saya, yakni Imam Ahmad bin Hanbal. Namun hingga saat ini, saya belum juga dipertemukan dengannya,” kata tuan rumah.
Mendengar itu, Imam Ahmad langsung kaget. Inilah rupanya yang memaksa seorang Imam besar luntang-lantung tengah malam. Ini juga alasannya, mengapa Imam Ahmad diusir dari masjid dan dipaksa berjalan tengah malam hingga akhirnya sampai dipertemukan dengan si tukang roti itu. Semuanya sama sekali bukan suatu kebetulan, melainkan skenario Allah SWT untuk menjawab doa si tukang roti. Demikian dahsyatnya kekuatan istighfar, sehingga membuat Allah SWT enggan untuk menolak doa yang dipanjatkan kepada-Nya. Seorang Imam yang berkelana dari negri ke negri, Allah tuntun langkahnya agar sampai di negri si tukang roti. Kemudian Allah buat suatu keadaan, hingga keduanya dipertemukan. Tak ada yang mustahil bagi Allah, jika Dia berkehendak
***
Seorang ibu menceritakan pengalamannya ,dalam perjalanan ke Madiun hari Sabtu kemarin, duduk di sebelah saya seorang Ibu dengan umur kurang lebih 72 tahun.Ibu ini masih kelihatan sehat dan kuat, katanya beliau masih sanggup perjalanan jauh . Beliau paling seneng kalau ziarah ke 9 wali dengan teman-teman pengajiannya. Beliau mempunyai 12 anak. 6 putra dan 6 putri. Semua anaknya berhasil kelar sarjana . Hebat bener Ibu satu ini, patut diacungi jempol. Kami pun bercakap-cakap sambil guyon.
“Anu jeng, aku  ra sugih. Aku ming sugih anak.”(Anu jeng saya  nggak kaya. Tapi kaya anak.) ujarnya sambil tersenyum
Aku pun tersenyum mendengar candaannya. Kata beliau ke -12 anaknya itu dari kelar SMA atau STM, mereka kuliah sambil kerja. Karena beliau nggak sanggup membiayai kuliah. Akhirnya anak-anak beliau kuliah atas biaya sendiri maupun dapat beasiswa.Katanya lagi,”La aku yo nggak sanggup nyekolahke, buat makan saja wis kembang kempis. Untung anak-anak itu ya gampang dapat kerjaan dan dapat kuliah walau kuliah di perguruan tinggi swasta.Mau kuliah di perguruan tinggi negri takut nggak bisa nyambi kerja. ”
Selama perjalanan ke  Madiun ini, aku ikut rombongan mobil putrinya yang ke 6. Kami ke Madiun dalam rangka mengantarkan balasan kunjungan silahturahmi ke keluarga calon suami cucu pertamanya. Hubungan aku dengan keluarga Ibu ini sudah seperti keluarga.Banyak hal yang aku dapat setiap bertemu dengan beliau. salah satunya cerita-cerita masa kejayaannnya dahulu. Lalu beliau selalu memberiku nasehat, “Nak, yen nyangoni anak bondho iku ora bakalan kekal.Tapi yen nyangoni ilmu iku iso ono manfaate.Harta bisa diambil sewaktu-waktu ketika Allah ingin mencabutnya, mulone ojo dadi sombong yen wis keduitan.”
Beliau ini sangat sederhana, padahal beliau sebenarnya juga punya perhiasan namun tak pernah dipakainya berlebihan. Paling beliau hanya memakai cincin saja di jari manisnya yang mulai menunjukkan tanda keriput.
aku selalu penasaran dengan cara beliau mendidik ke-12 anaknya yang selalu rukun serta saling menghormati serta menghargai dengan yang lebih tua. Aku pun mulai mengulik ceita dari beliau.
” Bu panjenengan puniko kok awet muda lan taksih kuat tindak punika resepnya apa?”
beliau hanya tersenyum, tak mau menjawab. Aku semakin penasaran, pasti ada rahasia di balik kesuksesan anak-anak dan kesehatan beliau. Aku terus bertanya sambil guyon lagi, “Mbok saya dikasih resepnya Bu nglakoni kehidupan wonten dunya mriki. kersanipun dalan dalem padhang.” Kataku
Sambil menarik napas akhirnya beliau mengatakan semua itu berkat DOA. Ya beliau sejak berumur 25 tahun tak pernah lepas melaksanakan sholat tahajud untuk mendoakan keluarga terutama buat anak-anak, suami dan kesehatan serta keselamatan dunia akhirat. Beliau tak pernah putus menengadahkan tangannya di tengah malam setelah shalat tahajud. Selain itu beliau tak pernah putus menjalankan puasa sunnah Senin-Kamis serta shalat Dhuha. Kata beliau,kalau shalat Dhuha itu selain untuk kelancaran rejeki juga untuk mendoakan kelancaran dan kemudahan anak-anak serta suami dengan segala urusannya. Semua itu harus dilakukan dengan ikhlas.
Hmmm, sekarang aku tahu ternyata dahsyatnya kekuatan seorang Ibu untuk mengantarkan kesuksesan anak-anaknya itu nyata dan pasti. Restu Ibu juga dibutuhkan demi mengantar kesuksesan anak-anaknya.
Aku semaki termotivasi memperbaiki imanku yang lagi turun ini. Aku yang terkadang masih bolong-bolong menjalankan puasa sunnah jadi ingin memulainya kembali. Wis nawaitu dan semangat menggapai ketawakalan.
Demikian dahsyat kekuatan doa yang dipanjatkan oleh seorang mukmin hingga bisa merubah berbagai keadaan, benarlah sabda Rasulullah :” tidak ada yang bisa merubah takdir kecuali doa” dan ucapan beliau :” Ad Du’a silahul muk min …doa itu sejantanya ora ng mukmin” . Dalam surat Al Baqarah 186 Allah berfirman :

186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran (Al Baqarah 186)
Allah memerintahkan pada para hambaNya agar selalu berdoa padaNya, Dia tidak pernah menolak doa orang yang meminta padaNya, asalkan mereka patuh dan taat padaNya.
Mari hilangkan kesombongan diri kita masing masing dengan memperbanyak doa memohon pada Allah, karena doa yang dipanjatkan sudah termasuk dalam kegiatan ibadah sebagaimana sabda Rasulullah :” Ad Du’aa mughul ibadah ….(doa itu intinya ibadah)”. Tidak ada masalah yang tidak bisa diatasi bersama Allah. Doa bisa mempengaruhi cuaca, musim, proses segala sesuatu dialam semesta, rezeki nasib dan peruntungan seseorang.

Tolong kerja samanya dengan berkomentar menggunakan bahasa yang sopan, baik, dan bijak