Mata Yang Tak Pernah Menangis
Dalam sebuah hadits yang berasal dari Hasan Basri Rasulullah SAW bersabda : “Setiap mata manusia di akhirat nanti pasti akan menangis, kecuali empat mata :
1. Mata yang tercongkel keluar dalam perang fi sabilillah
2. Mata yang menangis (selalu di dunia) karena takut kepada Allah
3. Mata yang diajak jaga malam (tahajud) karena takut kepada Allah
4. Mata yang diajak jaga (memelihara) pasukan di bekalang umat Islam
Dari hadits diatas, maka dapat diambil pelajaran bahwa di akhirat nanti semua umat manusia akan menangis, yaitu menyesal sejadi-jadinya karena tidak beramal shaleh waktu hidup di dunia. Akan tetapi ada 4 kelompok yang tidak akan menangis, karena telah banyak melakukan amal shaleh sewaktu di dunia, yaitu :
1. Mata yang menangis di dunia karena takut kepada Allah, karena merenungi kebesaran Allah, karena merenungi kebodohan diri dan karena menyesali kesalahan yang pernah dilakukan.
Nabi Adam AS. menangis selama 100 tahun sebagai rasa penyesalan diri karena memakan buah khuldi (buah yang dilarang Allah untuk dimakan), sehingga dari air matanya mengalir menjadi sebuah lembah yang diberi nama lembah Sarandih. Nabi Nuh AS. juga menangis selama 300 tahun kerena ditegur oleh Allah tentang putranya (Kan’an) yang ingkar, sehingga pipinya menjadi cekung.
Abu Bakar Ash Shidiq ra sering menangis waktu membaca Al Qur’an. Pada suatu hari Abu Bakar disuruh oleh Rasulullah SAW untuk menggantikan menjadi imam shalat. Namun serta merta disanggah oleh Aisyah :”Ya Rasulullah, ayahanda jangan disuruh menjadi imam” . Mengapa? Tanya Rasulullah. “Kerena ayah sering menangis kalau membaca Al Qur’an.” Jawab Aisyah. “Tidak apa-apa. Itu pertanda positif.” Tegas Rasulullah SAW.
Lalu bagaimana dengan kita? Pernahkan kita menangis karena merenungi kebesaran Allah atau karena menyesali kesalahan kita? Yang ada kita hanya tertawa, bahkan sampai terbahak-bahak. Kita lebih banyak tertawa dan jarang menangis.
Allah SWT memperingatkan kita dalam firmannya :
”Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu menertawakan dan tidak menangis? Sedangkan kamu melengahkannya? Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).” (QS An Najm : 59-62)
2. Mata yang dipejamkan dari segala larangan Allah. Artinya yang tidak mau menoleh apalagi mengerjakan larangan Allah. Sumber dosa itu ada dua : mengerjakan larangan Allah dan meninggalkan perintah-Nya.
Meninggalkan larangan Allah sering lebih berat daripada mengerjakan perintah-Nya. Banyak orang yang mampu melaksanakan perintah-perintah Allah, tetapi sering tidak mampu meninggalkan larangan-Nya. Dalam kehidupan bermasyarakatpun, ternyata nahi mungkar jauh lebih berat daripada amar ma’ruf. Kita dengan mudah mengajak orang untuk mendirikan shalat, mengajak berpuasa, dan sebagainya. Tapi mampukah kita melarang orang berjudi dikampung kita? Ini adalah tantangan bagi kita dalam menegakkan kalimah Allah SWT. Manusia jaman ini sedang kehilangan rasa, yaitu rasa malu berbuat dosa.
3. Mata yang selalu diajak bangun malam (tahajud). Tahajjud adalah satu-satunya shalat sunah yang secara tersurat tertulis dalam Al Qur’an.
“Dan pada sebagian malam hari shalat tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagi kamu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat(derajatmu)mu ke tempat yang terpuji.” (QS Al Isra : 79)
Shalat tahujjud adalah shalat sunah yang paling utama setelah shalat sunah rawatib (shalat sunah yang mengiringi shalat fardhu). Terutama apabila dilaksanakan menjelang shalat subuh. Sehingga begitu istimewanya, Allah abadikan di dalam Al Qur’an dan bagi yang melaksanakan Insya Allah akan dinaikkan derajatnya ke tempat yang terpuji, baik terpuji dihadapan manusia maupun di hadapan Allah SWT. Hal ini karena untuk mengerjakannya cukup berat. Ditengah keheningan malam dengan buaian mimpi indah, dan orang lain sedang tidur terlelap, lalu kita bangun untuk mengerjakan amal shalat.
Ada ungkapan arab yang berbunyi : “Segeralah tidur dan segeralah bangun, beruntunglah hidupmu.”
4. Mata yang diajak jaga malam dalam perang fi sabilillah. Artinya mata yang selalu siaga terhadap kemungkinan yang membahayakan umat Islam. Sebab kita sebenarnya selalu diintai musuh-musuh Islam sebagai rivalnya.
Ciri muslim yang baik adalah yang kehidupannya seperti lebah. Tenang, tentram tidak membuat kerusakan. Dimanapun lebah hinggap, tidak ada dahan yang patah. Bahkan selalu mengawinkan benang sari, sehingga terjadi pembuahan. Tetapi kalau sarang lebah dirusak, ia tidak segan-segan untuk mengejar pelakunya. Bahkan sampai menyelam di airpun ia tunggui. Demikian pula kehidupan kita yang baik, tidak membuat kerusakan. Tetapi kalau kita dirusak, jangan surut mundur ke belakang, tetap kita bela agama Allah SWT.
Tolong kerja samanya dengan berkomentar menggunakan bahasa yang sopan, baik, dan bijak