Serba Serbi komplit

MAKALAH PENDIDIKAN BUDI PEKERTI

1 comment:

BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang Masalah
Perilaku serta budi pekerti dari para pelajar atau remaja saat ini sangatlah memprihatinkan, tingkah laku dari seorang siswa kini sudah jarang mencerminkan sebagai seorang pelajar. Diantara mereka cenderung bertutur kata yang kurang baik, terkadang mereka bertingkah laku tidak sopan dan tidak lagi patuh terhadap orang tua maupun terhadap gurunya. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh kondusif tidaknya pendidikan budi pekerti yang mereka dapatkan, baik dari lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.
Keluarga sebagai lingkungan pertama tentu saja memiliki factor yang penting dalam membentuk pola perilaku seorang anak. Dalam hal ini diantaranya melalui perhatian, kasih sayang serta penerapan budi pekerti yang baik dari orang tua terhadap anaknya. Terlepas dari itu peran sekolah sebagai wahana dalam penyampaian pengajaran dan pendidikan turut mempengaruhi pula tingkat perkembangan budi pekerti seorang anak.
Namun pengajaran budi pekerti di sekolah-sekolah pada saat ini belum diberikan secara mandiri, dalam arti masih terintegrasi dengan mata pelajaran lain. Mata pelajaran yang dimaksud adalah Pendidikan Agama ataupun Pendidikan Pancasila, namun pada umumnya para pendidik jarang sekali menyentuh mengenai pendidikan budi pekertinya, karena pendidikan budi pekerti dianggap sebagai pemberian ceramah-ceramah saja.
Peranan Guru sebagai pentransfer ilmu sangatlah penting, seorang guru tidak hanya memberikan pendidikan itu dalam bentuk materi-materi saja, tetapi lebih dari itu harus dapat menyentuh sisi tauladannya. Sebab perilaku seorang gurulah yang pertama-tama dilihat siswanya. Seorang guru selain memberikan pendidikan yang bersifat materi pelajaran  juga harus memberikan contoh yang baik dalam sosialisasi kehidupan. Bagaimana murid akan berperilaku sesuai dengan yang diajarkan oleh gurunya, jika gurunya sendiri tidak pernah memberikan contoh yang baik terhadap anak didiknya.
Melihat pada pola atau rimin pengajaran budi pekerti tersebut di atas, maka pemahaman siswa mengenai konsep budi pekerti itu sangatlah sedikit, karena pengetahuan yang mereka terima mengenai pendidikan budi pekerti ini sangatlah terbatas. Tidak dapat dielakan lagi terhadap maraknya kasus tawuran antara pelajar,penyalahgunaan obat terlarang, pergaulan bebas, ugal-ugalan dan tindak riminal lainnya yang makin meningkat. Keadaan ini sangatlah memprihatinkan masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai  masyarakat yang beragama, beradab dan bebudaya. Jika ditinjau lebih luas lagi yaitu merebaknya kasus KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) di berbagai lembaga, baik lembga pemerintah maupun swasta, krisis kepercayaan dan sebagainya. Hal ini membuktikan tentang rendahnya moralitas masyarakat yang menunjukan  kurang terserapnya pendidikan  budi pekerti. Maka dari itu Pendidikan budi pekerti sebagai salah satu harta karun yang harus digali kembali dalam pendidikan di sekolah. Mengingat betapa pentingnya budi pekerti untuk terjaminnya moral bangsa yang baik.
1.2    Rumusan Masalah
1.     Dari lingkungan mana seseorang pertama kali mendapatkan pendidikan budi     pekerti ?
2.      Bagaimana pendidikan budi pekerti di sekolah-sekolah saat ini ?
3.     Bagaimana jika  pendidikan budi pekerti diberikan hanya dalam lingkungan keluarga saja ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.                    Mengetahui pendidikan budi pekerti pertama kali didapat oleh seorang manusia.
2.                    Mengetahui pendidikan budi pekerti yang berlangsung di sekolah-sekolah saat ini.
3.      Mengetahui bahwa betapa pentingnya pendidikan budi pekerti sehingga pendidikan budi pekerti harus didapat dari berbagai lingkungan kehidupan. 
 BAB II LANDASAN TEORI
Sekolah sebagai lembaga formal diharapkan mampu mentransfer berbagai disiplin ilmu, budi pekerti dan keahlian. Sekolah sebagai lembaga pendidikan sangat diharapkan selain dapat menciptakan manusia yang menguasai iptek juga manusia yang memiliki imtak, yaitu manusia yang unggul secara intelektualitas, sosialitas dan keimanan. Konsep mengenai budi pekerti itu sendiri sangatlah mendalam, dimana budi pekerti dari tiap-tiap orang itu selain menunjukan pengaruh-pengaruh dasar pembawaannya juga sebagian besar dipengaruhi oleh berbagai pengalaman. Dimulai dari pengalaman yang didapat dari dalam lingkungan keluarga maupun pengalaman-pengalaman yang didapat dari lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Ki Hajar Dewantara mencontohkan di dalam bukunya yang berjudul Pendidikan (1977:487) “Bahwa pendidikan budi pekerti bagi anak-anak kecil,bisa dicontohkan oleh seorang pendidik atau guru dengan cara menganjur-anjurkan atau memerintahkan anak-anak untuk duduk yang baik, jangan berteriak-teriak agar tidak mengganggu anak yang lain,bersih badan dan pakaian, hormat terhadap ibu bapak, menolong orang lain yang perlu  pertolongan dan sebagainya. Untuk anak yang sudah akhil baligh atau sudah dapat berfikir, yaitu dengan memberi kesadaran tentang berbagai kebaikan dan keburukan namun selalu atas dasar pengetahuan, kenyataan dan kebenaran. Anak-anak yang mulai dewasa dilatih untuk melaksanakan berbagai kebaikan , seperti melatih mereka untuk berpuasa, menahan hawa nafsu.
Untuk yang sudah dewasa, mereka diusahakan supaya jangan bersikap kosong atau ragu-ragu, mungkin kadang-kadang terombang-ambing oleh keadaan –keadaan yang tidak mereka alami sebelumnya. Mereka harus sudah mengerti akan adanya hubungan antara tata tertib lahir dan kedamaian bathin, dan  harus sudah cukup berlatih dan terbiasa untuk mengusai dirinya.”
Pelajaran mengenai pendidikan budi pekerti sebenarnya pernah diberikan disekolah-sekolah hingga tahun 1970-an. Selanjutnya pelajaran itu dihilangkan dan disisipkan dengan mata pelajaran lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Dedi Supriadi (2004:168) “Bahwa pendidikan budi pekerti baik sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri maupun digandengkan dengan mata pelajaran Pendidikan Agama dapat dikatakan telah ditinggalkan sejak diterapkannya kurikulum 1968. Selama kurun waktu tersebut, pendidikan budi pekerti masih sempat disisipkan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama, PMP dan PPKn. Karena namanya juga disisipkan, maka materi budi pekerti tidak menjadi primadona dalam kurikulum pendidikan.”
Pendidikan budi pekerti pertama kali diperkenalkan dalam kurikulum 1947 sebagai salah satu dari 16 mata pelajaran SD yang berdiri sendiri dan terpisah dari Pendidikan Agama. Pada tingkat SLTP, pendidikan budi pekerti telah muncul dalam kurikulum 1962 dengan nama “Budi Pekerti” yang sekaligus merupakan salah satu dari 9 kelompok mata pelajaran yang terpisah dari mata pelajaran Agama. Namun materi pendidikan budi pekerti tidak diperlakukan sebagai suatu mata pelajaran khusus melainkan disisipkan dalam semua mata pelajaran SMP dan kegiatan sekolah. Sedangkan tingkat SLTA, pendidikan budi pekerti tidak pernah dianggap sebagai sesuatu yang penting untuk diajarkan. Hal ini tampak dari tidak pernah tercantumnya budi pekerti dalam kurikulum SLTA, dengan asumsi bahwa ditingkat SLTA muatan pendidikan lebih banyak diarahkan pada pengembangan kemampuan akademik untuk bekal studi lanjut atau keterampilan produktif untuk hidup ditengah masyarakat.( Dedi Supriadi, 2004:162-168)
Tujuan dari pendidikan budi pekerti itu sendiri ialah membina dan membangun kejiwaan serta keadaan seorang anak, sehingga anak tidak akan terpengaruh oleh lingkungan atau pergaulan yang merugikan dan kalaupun mereka masih juga salah pilih, maka setidak-tidaknya mereka sudah dapat berfikir secara bertanggung jawab dan di dalam diri mereka sudah terbentuk suatu pundamen moral yang baik sebagaimana yang diharapkan.

BAB III PEMBAHASAN
Masyarakat Indonesiapada umumnya mendapatkan pendidikan budi pekerti pertama kali dari lingkungan keluarga. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Ngalim Purwanto M.P (1987 :148) bahwa “ Lingkungan pendidikan dimulai dari lingkungan keluarga, yang kedua dari lingkungan  pendidikan sekolah dan ketiga dari lingkungan pendidikan masyarakat”. Berdasarkan uraian tersebut diatas jelaslah bahwa lingkungan keluarga berperan sebagai pusat pendidikan pertama  dan yang terpenting dan yang meyediakan kebutuhan biologis dari seorang anak . Dalam hal ini diantaranya melalui perhatian dan kasih sayang serta penerapan budi pekerti yang baik. Karena sejak timbulnya adab kemanusiaan hingga kini, lingkungan  keluarga akan mempengaruhi tumbuhnya budi pekerti dari tiap-tiap manusia.
Selanjutnya pendidikan akan didapatkan dari lingkungan sekolah, Ki Hajar Dewantara (1977:374) mengemukakan bahwa “Pendidikan sekolah hanya disandarkan pada aturan pengajaran dengan system sekolah, dimana udara yang ada hanya udara intelektualisme, sekolah cenderung memberikan keilmuan yang bersifat rasionalitas saja sehingga tidak dipungkiri terabaikannya moralitas siswa”. Terlepas dari itu masih terdapat guru yang mengutamakan terselesaikannya target kurikulum dalam satu tahun ajaran ketimbang mengedepankan implementasinya dari sikap dan sifat siswa. Berdasarkan uraian tersebut pendidikan budi pekerti di sekolah-sekolah saat ini bisa dikatakan masih kurang. Terbukti bahwa pada umumnya bahwa pendidikan budi pekerti di sekolah-sekolah saat ini masih kurang dan belum menunjang terhadap sikap dan perilaku siswa.
Seharusnya pendidikan budi pekerti sebaiknya diberikan mulai dari tingkat taman kanak-kanak. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara (1977:384) bahwa “Seorang anak pada waktu berumur 3,5 tahun sampai 7 tahun belum memiliki budi pekerti yang tertentu, masih berjiwa global yang bertingkat sederhana. Oleh sebab itu dapatlah kesan-kesan dari luar mempengaruhi tabiat kanak-kanak yang menjadi pembawaannya sendiri didalam tumbuhnya jiwa anak untuk seterusnya. Sangat jelaslah bahwa dalam masa kanak-kanak mudah menerima kesan-kesan serta pengaruh-pengaruh dari luar jiwanya, kesan-kesan dan pengaruh-pengaruh tersebut masuk kedalam jiwa kanak-kanak yang sangat mempengaruhi hidup tumbuhnya untuk seterusnya, dengan anggapan bahwa bahwa jika anak tidak baik dasarnya maka pendidikan budi pekerti sangatlah perlu agar bertambah baik budi pekertinya dan kalaupun sudah baik dasarnya, pendidikan budi pekerti masih sangat perlu, karena tidak jarang anak-anak yang baik dasarnya karena pengaruh-pengaruh keadaan lingkungan yang buruk,maka bisa menjadi tidak baik.
Kita dapat menanggapi bahwa pendidikan budi pekerti diberikan mulai dari tingkat taman kanak-kanak, dengan anggapan bahwa masa kanak-kanak adalah masa peka, yaitu suatu masa dimana mudah menerima kesan-kesan yang akan mempengaruhi pembentukan perilaku seterusnya. Masa kanak-kanakharus sudah diberikan pendidikan budi pekerti yaitu melalui kebiasaan-kebiasaan bertingkah laku . Dalam hal ini orang tualah yang pertama-tama  melatih kebiasaan-kebiasan anak dalam segala tingkah lakunya berdasarkan baik buruknya keyakinan yang dianut menurut orang tuanya.
Pendidikan budi pekerti yang diajarkan di tingkat sekolah Tamankanak-kanak yaitu hanya melalui contoh-contoh serta pembiasaan-pembiasaan seperti menganjurkan anak-anak untuk duduk yang baik, tidak mengganggu temannya yang lain , membuang sampah pada tempatnya, menolong teman yang perlu ditolong. Pendidikan budi pekerti yang diajarkan di Sekolah Dasar yaitu selain melalui pembiasaan-pembiasaan,kepada mereka juga diberikan pengertian-pengertian tentang apa itu budi pekerti. Pendidikan budi pekerti di tingkat Sekolah Menengah disamping memberikan pengertian juga melatih mereka terhadap perilaku yang disengaja seperti berpuasa, menahan hawa nafsu dan lain sebagainya.
Pengaruh hidup keluarga terus menerus dialami oleh anak-anak terutama pada masa peka atau berusia 3,5 tahun sampai dengan 7 tahun, seperti diketahui bahwa budi pekerti dari tiap-tiap orang itu selain menunjukan pengaruh dari dasar pembawaannya juga sebagian besar tergantung pada pengaruh-pengaruh dari pengalaman-pengalaman pada masa tersebut, sesuai dengan pola hidup masing-masing keluarga. Dalam hal ini orang tua sangat berperan dalam pembentukan norma-norma serta pemberian kasih sayang melalui perhatian, namun masyarakat masih menganggap bahwa tidak setiap orang tua dapat memberikan kebutuhan akan perhatian yang cukup serta perilaku yang dapat dijadikan contoh oleh seorang anak. Pendidikan budi pekerti tidak cukup diberikan di lingkungan keluarga saja, dengan anggapan tidak setiap orang tua mampu memberikan perhatian serta contoh perilaku yang baik terhadap anaknya. Maka dari itu, perlunya pendidikan budi pekerti secara mendalam dalam lembaga-lembaga formal. Akan tetapi, pendidikan budi pekerti tidak cukup diberikan melalui  contoh perilaku saja, dengan anggapan bahwa setiap guru mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menampilkan sosok yang dapat dijadikan contoh tauladan bagi siswanya.Disamping itu pendidikan budi pekerti tidak cukup diberikan melalui mata pelajaran tertentu seperti mata pelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan Pancasila, dengan anggapan bahwa pendidikan budi pekerti akan menjadi salah satu sub pokok bahasan  saja dari mata pelajaran tersebut sehingga tidak akan efektip dalam membangun kecerdasan moral siswa. Pendidikan budi pekerti perlu diberikan secara khusus melalui jam-jam tertentu seperti bidang studi yang lain, dengan begitu nilai yang terkandung dalam pendidikan budi pekerti itu dapat diberikan dengan waktu yang cukup, sehingga siswa lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengajaran mengenai pendidikan budi pekerti.
 BAB IV PENUTUP
4.1      Kesimpulan
Dari pembahasan itu penulis dapat menarik kesimpulan tentang pentingnya pendidikan budi pekerti. Adapun kesimpulannya adalah sebagai berikut :
a.  Pendidikan budi pekerti yang ada di sekolah-sekolah saat ini dianggap masih kurang menunjang. Dalam hal ini pendidikan budi pekerti masih terintegrasi dengan mata pelajaran lain.
b. Pendidikan budi pekerti tidak cukup diberikan di lingkungan keluarga saja. Pendidikan budi pekerti perlu diberikan secara formal di sekolah-sekolah. Namun pendidikan budi pekerti tidak cukup hanya melalui contoh-contoh perilaku saja dan tidak cukup diberikan melalui mata pelajaran tertentu saja . Pendidikan budi pekerti perlu diberikan  secara khusus melalui jam-jam tertentu seperti bidang studi yang lain.
2.      Saran-Saran
Berdasarkan hasil pembahasan serta kesimpulan mengenai pendidikan budi pekerti di sekolah-sekolah, maka dapat ditemukan saran-saran sebagai berikut :
a.       Proses pendidikan di sekolah sangat membelenggu peserta didik bahkan juga para guru. Hal ini bukan hanya formalisme sekolah dan bukan hanya dalam hal administrasi, tetapi juga dalam proses belajar mengajar yang cenderung sangat ketat. Disamping itu karena beban kurikulum yang sangat berat dan hampir sepenuhnya diorientasikan pada pengembangan kognitif belaka.        
Akibatnya hampir tidak tersisa lagi ruang bagi peserta didik untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas kognitis, afeksi dan psikomotoriknya. Oleh karena itu pemerintah dianjurkan untuk mengadakan evaluasi terhadap kurikulum sekolah yang sedang berlaku saat ini.
b.       Pendidikan budi pekerti bukan hanya tanggung jawab sekolah saja, tetapi juga tanggung jawab keluarga dan lingkungan social atau masyarakat. Jadi meski sekolah misalnya menyelenggarakan pendidikan budi pekerti, tetapi lingkungan keluarga atau masyarakat tidak menunjang, maka pendidikan budi pekerti di sekolah-sekolah akan tidak banyak artinya. Oleh karena itu keluarga sebagai lingkungan pendidikan pertama sudah tentu bertanggung jawab dalam perkembangan perilaku anak. Orang tua dalam hal ini harus dapat memberikan kebutuhan akan perhatian serta dapat memberikan contoh perilaku yang dapat dijadikan tauladan bagi anaknya.
 DAFTAR PUSTAKA

Dedi Supriadi (2004) Membangun Bangsa Melalui Pendidikan . Bandung : Remaja Rosdakarya
Ki Hajar Dewantara (1977) Pendidikan. Yogyakarta : majelis Luhur persatuan   taman Siswa.
Ngalim Purwanto M.P (1987) Ilmu Pendidikan (Teoritis dan Praktis).Bandung Remaja Karya.
Suharsini Arikunto (1992) Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktis.Jakarta Rineka cipta.
Winarno Surakhmad (1994) Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung

Makalah Jong Islamieten Bond

1 comment:

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pegerakan nasional adalah perjuangan yang mengikutsertakan seluruh rakyat Indonesia. Latar belakang timbulnya pergerakan nasional adalah rasa senasib dan sepenanggungan, penderitaan rakyat akibat penjajahan, rakyat yang tidak mempunyi tempat untuk mengadu nasib, adanya golongan terpelajar yang sadar akan perjuangan, dan kemenangan jepang melawan rusia pada tahun 1905.
Nasionalisme Indonesia dimulai sebenarnya dengan nasionalisme Islam”. Katanya lagi, “Sesuatu gerakan yang penting di Indonesia mulanya adalah gerakan orang-orang Islam. Mereka yang bergerak di bawah panji-panji yang bukan Islam kebanyakannya terdiri dari mereka yang telah meninggalkan tempat buaian mereka semula, tempat mereka mula-mula sekali mengecap asam garam pergerakan.
Hal ini dapat kita buktikan. Beberapa tokoh pergerakan nasional terkemuka dari berbagai aliran berasal dari gerakan Islam. Untuk aliran nasionalisme radikal Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat) tadinya berasal dari Sarekat Islam (SI). Soekarno sendiri pernah menjadi guru Muhammadiyah dan pernah nyantri di bawah bimbingan Tjokroaminoto. Bahkan beberapa tokoh-tokoh PKI zaman pergerakan nasional berasal dan terinspirasi oleh perjuangan SI. Tan Malaka sendiri, yang menurut Kahin, adalah seorang Komunis Nasionalis dan pendiri partai Murba, berasal dari SI Jakarta dan Semarang. Ia dibesarkan dalam suasana semangatnya gerakan modernis Islam Kaoem Moeda di Sumatera Barat (Poeze: 1988). Umat Islam menduduki peran utama dalam gerakan politik dan militer. Semua perang yang terjadi bersukma dari seruan jihad, perang suci. Sewaktu Pangeran Diponegoro–pemimpin Perang Jawa–memanggil sukarelawan, maka kebanyakan mereka yang tergugah adalah para ulama dan ustadz dari pelosok desa. Pemberontakan petani menentang penindasan yang berlangsung terus-menerus sepanjang abad ke-19 selalu di bawah bendera Islam. Tindakan ini menyebabkan ia lebih dicintai dan dihormati rakyatnya.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana latar belakang berdirinya Jong Islamieten Bond.
2.      Bagaimana perkembangan Jong Islamieten Bond pasca di dirikannya organisasi tersebut.
3.      Bagaimana peranan Jong Islamieten Bond sebagai organisasi islam terhadap pergerakan nasional Indaonesia.
4.       
1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Jong Islamieten Bond.
2.      Untuk mengetahui perkembangan Jong Islamieten Bond.
3.      Untuk mengetahui peranan Jong Islamieten Bond sebagai bagian dari organisasi pemuda Islam di kancah pergerakan nasional Indonesia.

1.4  Manfaat
1.      Sebagai sumber informasi dan pengetahuan atas pegerakan pemuda Islam khususnya Jong Islamieten Bond dalam pergerakan nasional Indonesia.
2.      Sebagai motivasi untuk melanjutkan perjuangan bangsa di masa sekarang dan selanjutnya dalam bentuk yang berbeda.
3.      Sebagai suatu pengalaman bangsa atas persatuan dan kesatuan RI pada masa penjajahan dan pergerakan nasional.
1.5  Metode
    Adapun metode yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan buku-buku sumber yang berkaitan dengan Pergerakan Nasional Indonesia khususnya Jong Islamieten Bond, kemudian mencari informasi dari media cetak maupun media elektronik, semisal koran, televisi, internet dll.
  








BAB II
PEMBAHASAN
Meningkatnya radikalisme Pergerakan Nasional mempengaruhi Bergsma ditangkap dan diasingkan. Tan Malaka memilih Jong Java untuk tak bergerak di bidang politik. Dalam kongres ke-7, akibat pengaruh Sarekat Islam, usul ketua Jong Java Syamsuridjal agar anggota yang sudah berusia 18 tahun diberi kebebasan berpolitik dan memasukan program memajukan agama islam, mendapat tantangan dari anggota. Adanya program memajukan agama Islam didorong oleh H. Agus Salim, seorang tokoh Sarekat Islam dengan alasan peranan agama sangat besar dalam mencapai cita-cita Indonesia. Usul ini di tolak dan yang menyetujui berpolitik, mendirikan Jong Islamieten Bond (JIB) dengan agama sebagai dasar perjuangan.
Jong Islamieten Bond didirikan pada tanggal 1 Januari 1925 atas prakarsa Sjamsoeridjal dan didukung H. Agus Salim. Pergerakan Jong Islamieten Bond didasarkan pada Islam dan nasionalisme Indonesia. Jong Islamieten Bond berkembang menjadi suatu wadah untuk mendidik kaum muda Islam hingga menjadi kader-kader yang mempunyai dasar keislaman yang kokoh dan Jong Islamieten Bond menjadi suatu organisasi yang secara politik sangat penting dalam pergerakan pemuda Islam dalam usaha untuk menumbangkan kekuasaan bangsa Belanda di Indonesia. Peranan Jong Islamieten Bond sebagai bagian dari organisasi pemuda Islam di kancah pergerakan nasional Indonesia tahun 1925-1942 antara lain (a) menggagas nasionalisme Indonesia, (b) mendirikan Nationale Indonesische Padvinderij (NATIPIJ) dan (c) meningkatkan derajat pendidikan.
Anggotanya kebanyakan adalah golongan elit yang berpendidikan Barat yang masih ingin memegang teguh keislaman. Dengan berdirinya Jong Islamieten Bond. S.M. Kartosuwiryo terjun ke dalam politik ketika memasuki perhimpunan “Jong Java” di Jakarta, dimana karena ketekunan dan keaktifannya ia pernah menjadi ketuanya. Ketika anggota-anggota Jong Java yang lebih mengutamakan ke-Islam-annya keluar dari Jong Java dan mendirikan Jong Islamieten Bond pada tahun 1925. Kartosuwiryo pindah organisasi ini, dan tidak lama kemudian menjadi ketua cabang Jong Islamieten Bond di Surabaya.
Sejak tahun 1915 telah berdiri sejumlah besar organisasi kepemudaan bersifat kedaerahan, seperti Tri Koro Darmo yang kemudian menjadi Jong Java (1915), Jong Sumatranen Bond (1917), Jong Islamieten bond (1924), Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon, Sekar Rukun dan Pemuda Kaum Betawi. Namun semua organisasi tersebut bersifat kedaerahan dan kelompok khusus. Yang mungkin sedikit berbeda adalah Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) yang berdiri setelah selesai Kongres Pemuda I pada tahun 1926. PPPI merupakan wadah pemuda nasionalis radikal non kedaerahan. Tokoh-tokohnya adalah Sigit, Soegondo Djojopoespito, Suwirjo, S. Reksodipoetro, Muhammad Yamin, A. K Gani, Tamzil, Soenarko, Soemanang, dan Amir Sjarifudin. Atas prakarsa PPPI kongres ke II diadakan.
Dalam penerbitan P.I (koran Pemoeda Indonesia) no 8 tahun 1928, terdapat artikel dengan judul “KERAPATAN PEMOEDA-PEMOEDA INDONESIA”. Disitu dijelaskan :
Sebagaimana yang telah diwartakan dalam P.I no.6 dan 7, di Jacatra telah diadakan kerapatan besar Pemoeda-pemoeda Indonesia pada tanggal 27 dan 28 Oktober. Pimpinan kerapatan ialah terdiri dari wakil-wakil, Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia, Pemoeda Indonesia, Pemoeda Soematera, Jong Java, Jong Celebes, Jong Batak Pemoeda Kaum Betawi, Jong Islamieten Bond (JIB) dan Sekar Roekoen. Selanjutnya juga diberitakan bahwa kerapatan dikunjungi beratus-ratus orang, dimana bagi siapa yang menyaksikan sendiri akan berbesar hati karena pemoeda-pemoeda kita bukan baru mencita-citakan saja, tapi telah tegak berdiri dipusat persatuan dan kebangsaan . Dalam kesempatan inipun telah diperdengarkan untuk pertama kali kepada umum oleh Pemoeda W.R.Soepratman, lagu INDONESIA RAJA.
Dalam POETOESAN CONGRES PEMOEDA-PEMOEDI INDONESIA, tercatat bahwa Poetra dan Poetri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah Indonesia. Poetra dan Poetri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia. Poetra dan Poetri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Sebagai realisasi penyatuan ini, pada tanggal 31 Desember 1930 jam 12 malam, Jong Java, Perhimpunan Pemoeda Indonesia, Jong Celebes, Pemoeda Soematra (awalnya bernama Jong Sumatranen Bond) telah berfusi menjadi satu dan membentuk Perkoempoelan “INDONESIA MOEDA”.
Para anggota panitia Kongres Pemuda ke II, terdiri dari pemuda-pemudi Indonesia yang dikemudian hari amat berperan dalam gerakan pemuda yang memperjuangkan kebangsaan dan kemerdekaan. Diantaranya terdapat nama, Soegondo Djojopoespito dari PPPI (ketua), Djoko Marsaid dari Jong Java (wakil ketua), Muhammad Yamin dari Jong Sumatranen Bond (Sekretaris), Amir Sjarifudin dari Jong Sumatranen Bond (bendahara), Djohan Mu.Tjai dari Jong Islamieten Bond. Kontjosoengkoeno dari P.I, Senduk dari Jong Celebes, J.Lemeina dari Jong Ambon dan Rohyani dari Pemoeda Kaum Betawi. Panitia didukung tokoh-tokoh senior seperti Mr.Sartono, Mr.Muh Nazif, A.I.Z Mononutu, Mr.Soenario. Dalam kongres ikut berbicara tokoh-tokoh besar kebangsaan lainnya seperti S. Mangoensarkoro, Ki Hadjar Dewantoro dan Djokosarwono. Hadir sebagai undangan sekitar 750 orang dimana terdapat nama-nama yang kemudian terkenal seperti Kartakusumah (PNI Bandung), Abdulrachman (B.O Jakarta), Karto Soewirjo (P.B Sarekat Islam), Muh. Roem, Soewirjo, Sumanang, Masdani, Anwari, Tamzil, AK Gani, Kasman Singodimedjo, Saerun (wartawan Keng Po), WR Supratman. Dari Volksraad yang hadir adalah Soerjono dan Soekawati dan dari pihak Pemerintah Hindia Belanda yang hadir adalah Dr.Pyper dan Van der Plas.
Jelas bahwa kongres pemuda ke II dimana diikrarkan Sumpah Pemuda bukan pekerjaan dalam sedikit waktu saja, dan terang juga bukan hasil usaha dari beberapa gelintir orang saja. Hal ini merupakan perjuangan panjang sejak Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908. Bahkan ada sebuah peristiwa lainnya yaitu ketika tahun 1904 Dr A,Rivai lulus ujian dokter sebagai Nederland Arts di Utrecht Belanda, pupus sudahlah anggapan jelek bahwa bangsa Indonesia itu “Laksheid”. Kata ini amat sakit didengar karena berarti pemalas, tidak punya kemauan bekerja atau berbuat sesuatu.
Setelah Indonesia muda terbentuk, berarti pemuda Indonesia memiliki organisasi kepemudaan nasional yang solid, kuat dan bercita-cita menuju kemerdekaan yang lebih pasti. Anggota IM terdiri dari semua pemuda seperti anak-anak SLP, SLA, sekolah khusus, kejuruan sederajat dan mahasiswa. Sejak tahun 1931 kongres demi kongres diadakan sehingga lebih menampakkan eksistensinya. Nyatanya memang IM tidak berafiliasi dengan partai politik.
Sejarah kemudian membuktikan bahwa modal kejuangan diatas amat penting artinya pasca penjajahan Jepang (1942-1945), dimana api Revolusi Kemerdekaan mulai dinyalakan dengan kesadaran adanya kesatuan dan persatuan kebangsaan yang bermotifkan pantang untuk dijajah kembali oleh kekuatan asing apapun bentuknya. Proklamasi Kemerdekaan mengawali "Revolusi Pemoeda", dan berahir ketika penjajah terahir di Indonesia yaitu Imperium Belanda menyatakan pengakuannya pada Kemerdekaan Republik Indonesia Serikat pada tanggal 27 Desember 1949. Tidak sampai 1 tahun kemudian, RIS bubar dan Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk kembali pada tanggal 17 Agustus 1950.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi, pergerakan nasional Indonesia terjadi di dalam berbagai aspek kehidupan baik itu ekonomi, politik, social, budaya maupun agama. Terutama factor agama yang  sangat berperan besar dalam pergerakan nasional terutama dalam meningkatkan rasa  persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan berdirinya oraganisasi berlandaskan Islam seperti Jong Islamieten Bond sendiri merupakan hasil gerakan pemuda dalam menciptakan suatu perkumpulan pemuda muslim yang kelak akan tercetuslah “Sumpah Pemuda” pada tanggal 28 oktober 1928 sebagai hasil dari persatuan dan kesatuan dari berbagai organisasi di Nusantara ini,  yang akhirnya mengantarkan Indonesia ke depan pintu kemerdekaan Indonesia.

3.2 Saran
           
Mungkin dalam pembuatan makalah yang kami buat banyak kekurangan dan kesalahan, maka dari itu penulis bersedia menerima saran maupun kritik demi perbaikan selanjutnya.





DAFTAR PUSTAKA

Koran P.I.no.8 tahun 1928.
Yayasan Gedung Bersejarah, 45 tahun Sumpah Pemuda, 1974, hal 59-60
Hanifah Abu, renungan tentang sumpah pemuda.dalam Bunga rampai Soempah Pemoeda. Balai Pustaka.

 Ngroho Notosusanto dkk. 1992. SNI III untuk SLTA. Jakarta: Depdikbud.

Makalah Permainan Catur

1 comment:
BAB I

PENDAHULUAN

 

A.  Latar Belakang

            Catur merupakan cabang olah raga yang sangat popular saat ini, karena negara-negara di seluruh dunia rata-rata mengenal cabang olah raga ini baik dari golongan anak – anak maupun dari golongan orang dewasa, bahkan di daerah pedesaan pun banyak orang yang sudah pandai dalam bermain catur. Untuk itu dengan populernya olah raga ini saya ingin mengetahui dari mana asal usul permainan catur tersebut.

 

B.  Tujuan

            Dengan mempelajari sejarah asal usul permainan catur tersebut kita bisa mengetahui darimana sebenarnya permainan tersebut berasal dan juga dapat menambah wawasan yang lebih luas tentang permainan tersebut.

BAB II
Sejarah Asal Usul Permainan Catur

1.      Sejarah Asal Usul Permainan Catur
            Permainan catur menurut Wikipedia pertama kali ditemukan di masyarakat Persia dan Arab. Kata “catur” itu sendiri berasal dari kata “chaturanga,” yang dalam bahasa Sanskrit berarti “empat divisi ketentaraan.”Catur kemudian menyebar ke seluruh dunia dengan pelbagai varian permainan sampai kemudian kita kenal seperti sekarang.Permainan ini awalnya menyebar sampai ke Timur Jauh dan India dan menjadi salah satu pelajaran di keluarga kerajaan dan ningrat Persia. Pemuka agama Budha, pedagang yang lalu-lalang di Jalan Sutra mulai memperkenalkan papan catur untuk permainan ini.
            Chaturanga masuk ke Eropa melalui Kejaraan Byzantine Persia, dan menyebar ke Kekaisaran Arab. Pemeluk agama Islam kemudian membawa catur ke Afrika Utara, Sisilia, dan Spanyol pada abad ke-10. Permainan ini kemudian menjadi populer di Eropa. Dan, pada akhir abad 15, permainan ini lolos dari daftar permainan yang dilarang Gereja. Pada abad modern mulai lahir buku-buku referensi catur, kemudian penggunaan jam catur, serta sejumlah aturan permainan dan pemain-pemain hebat.
1.1    Sejarah Asal Usul Catur India
            Asal-usul catur modern semula dikenal dengan nama Charuranga, yang berkembang di India pada abad ke-6. Sejak awal permainan ini sudah memperkenalkan dua pihak yang bermain, perbedaan buah catur dengan kekuataan yang berbeda, dan kemenangan tergantung pada buah terakhir, atau dalam catur modern ditandai dengan tumbangnya sang raja. Dalam catur kuno, papan catur memiliki 100 kotak atau malah lebih.Pada awal abad 19, sebuah pendapat disampaikan Kapten Hiram Cox dan Duncan Forbes bahwa dulu catur dimainkan 4 orang sekaligus, termasuk empat pemain dalam chaturanga.Dalam terminologi sanskrit, “Chaturanga” berarti “memiliki empat bagian” dan dalam puisi epos kepahlawanan kata itu juga berarti “tentara.” Nama itu sendiri bersumber dari sebuah formasi pertempuran dalam epos Mahabrata yang terkenal di India. Chaturanga adalah sebuah simulasi permainan perang guna memperlihatkan kekuatan strategi militer India saat itu.
Ashtapada, kotak 8 x 8 di sebuah papan merupakan tempat bermain Charuranga. Papan lain yang dikenal di India adalah Dasapada 10 x 10 dan Saturankam 9 x 9. Ilmuwan Arab Abu al-Hasan “Al? al-Mas”?d? memberi rincian tentang penggunaan catur yakni sebagai sebuah alat strategi militer, matematik, perjudian dan terkadang dihubungkan dengan ramalan nasib di India dan tempat lainnya. Catatan Mas”?d? juga menunjukkan Ivory di India merupakan daerah produsen alat permainan catur untuk pertama kali, menyebarkan serta memperkenalkan permainan ini dari Persia ke India semasa Kerajaan Nushirwan. Kemudian terjadi evolusi pada permainan chaturanga yang dikenal dengan nama Shatranj (chatrang), yakni sebuah permainan dua orang pemain yang kekalahan dan kemenangan ditentukan melalui pembersihan terhadap semua bidak lawan (kecuali raja) atau melalui penaklukan terhadap raja lawan. Posisi pion dan kuda tidak berubah, tapi bidak lain mengalami perubahan bentuk.
              Sejarah Asal Usul Catur Timur Tengah
Karnamak-i Ardeshir-i Papakan, seorang pendiri Kekaisaran Sassanid Persian di Irak memperkenalkan permainan chatrang sebagai salah satu cara agar rakyat mengenangnya sebagai seorang pahlawan legendaris. Catatan tertua tentang permainan ini dibuat pada abad ke-10 yakni notasi permainan antara seorang sejarawan Baghdad dan muridnya.Pada abad ke-11, Ferdowsi menuturkan seorang Raja datang dari India untuk melakukan pertandingan di papan catur. Kisah ini diterjemahkan dalam Bahasa Inggris berdasar manuskrip British Museum. Suatu hari seorang duta besar Raja Hindu datang ke persidangan Persia di Chosroes, dan setelah berbasa-basi, duta besar itu mempersembahkan sebuah papan catur yang terbuat dari kayu eboni dan gading. Ia lalu melontarkan tantangan: “Oh raja yang besar, temukanlah orang-orang terpandai dan terbijak untuk memecahkan misteri permainan ini. Jika mereka berhasil sesembahan kami Raja Hindu akan memberikannya gelar. Namun jika ia gagal hal itu membuktikan tingkat kepandaian penduduk Persia lebih rendah dan kami akan meminta petunjuk dari Iran.”Utusan itu kemudian menunjukkan papan catur yang ia bawa. Sehari kemudian, setelah berpikir keras, Buzurjmihir, berhasil memecahkan misteri itu dan kemudian mendapat gelar seperti yang dijanjikan.
              Sejarah Asal Usul Catur Eropa
Variasi charunga masuk ke Eropa melalui Persia, seiring penyebaran pengaruh Kerajaan Byzantine dan perluasan Kekaisaran Arab. Catur masuk ke Eropa Selatan pada akhir milenium pertama. Terkadang catur juga dibawa oleh pasukan yang menduduki tanah jajahan baru, seperti saat Normandia memasuki wilayah Inggris. Catur semula kurang populer di Eropa Utara  yang tak terbiasa berpikir abstrak namun perlahan-lahan menjadi populer saat bidak figuratif dikenalkan. Nilai sosial menjadi kelebihan permainan ini pada masa lalu permainan ini dikaitkan dengan kehormatan dan kebudayaan tinggi sehingga beberapa papan catur dibuat dari bahan istimewa dan berharga mahal. Popularitas catur melemah di masyarakat Barat antara abad 12 sampai 15 M. Saat itu buku catur biasanya ditulis dalam bahasa Latin.
Pada perkembangannya catur kemudian dihubungkan dengan gaya hidup ksatria Eropa. Peter Alfonsi dalam bukunya Disciplina Clericalis, memasukkan catur ke dalam tujuh keahlian yang harus dimiliki seorang ksatria.Simbol-simbol perwira dan ketentaraan mulai masuk dalam catur. Raja Henry I, Raja Henry II dan Raja Richard I dari Inggris merupakan patron catur masa itu. Kerajaan lain yang menaruh perhatian serius pada permainan ini adalah Raja Alfonso X Spanyol dan Raja Ivan IV dari Rusia.Saat gereja mengeluarkan larangan terhadap berbagai permainan di masyarakat, catur lolos dari daftar hitam. Santo Peter Damian mengumumkan permainan ini menjauhkan dampak buruk bagi masyarakat. Bishop Florence itu membela permainan ini karena melibatkan keahlian serta “tidak seperti permainan lainnya.”Pada abad ke 12, buah catur mulai tetap, menjadi raja (king), ratu (queen), gajah/patih (bishops), kuda (knights) dan benteng (rooks). Bidak/pion (pawn) mulai dihubungkan dengan pasukan infantri.
Perbandingan terminologi catur menurut Sanskrit, Arabic, Latin dan EnglishSanskrit Arabic Latin English : Raja (King) Shah Rex King, Mantri (Minister) Firz Regina Queen, Gajah (war elephant) Al-Phil Episcopus Bishop/Count/Councillor, Ashva (horse) Fars Miles/Eques Knight, Ratha (chariot) Rukh Rochus Rook, Padati Baidaq Pedes Pawn
Pada abad pertengahan, permainan ini berjalan lama, bahkan ada permainan yang baru selesai setelah diadakan berhari-hari lamanya. Peraturan tentang pembatasan waktu baru mulai diperkenalkan tahun 1.300. Aturan pion/bidak boleh melangkah dua bidak saat pertama kali melangkah juga diperkenalkan.Pada tahun 1.475 terjadi evolusi permainan catur. Mulai diperkenalkan konsep langkah Ratu –buah yang paling kuat—serta mulai diperkenalkan konsep promosi pion yang bisa berubah menjadi ratu. Gajah perang dalam chatunga juga berubah istilah menjadi bishop. Dengan demikian skak mat menjadi lebih mudah di permainan ini dan mengurangi secara drastis langkah-langkah yang diperlukan.
Seorang pemain Italia, Gioacchino Greco, tercatat sebagai pecatur profesional pertama dalam sejarah permainan ini. Ia menulis buku catur dan menampilkan beberapa komposisi permainan serta analisis catur. Karya ini membuat catur menjadi permainan populer serta mulai menunjukkan teori, taktik dan strategi permainan ini.Karya pertama yang memuat berbagai variasi dan kombinasi kemenangan ditulis oleh Franchois-Andre Danican Philidor dari Prancis. Ia menunjukan permainan catur terbaik selama 50 tahun terakhir dan buku itu dipublikasi pada abad 18. Bukunya berjudul L’Analyze des echecs (Analisa Catur), sebuah buku berpengaruh hingga dicetak ulang sampai 100 kali.
            1.4.  Permainan Catur di Era Modern
Kompetisi catur mulai digelar tahun 1834 dan tahun 1.851 Turnamen Catur London mulai mengenalkan pembatasan waktu bagi setiap pemain.Dalam catatan pertandingan seorang pemain terkandang menghabiskan waktu hingga berjam-jam untuk menganalisa satu langkah. Tapi di turnamen catur London seorang pecatur hanya diperbolehkan menghabiskan waktu 2 jam 20 menit untuk mengambil satu langkah.Pada perkembangannya, mulai diperkenalkan catur cepat: catur 5 menit. Namun yang populer adalah aturan dua jam bagi setiap pecatur untuk melangkah sebanyak 30 kali. Pada varian akhir, seorang pemain yang gagal memenuhi kewajiban itu akan mendapat penalti.
Di tahun 1861 turnamen catur dengan pembatasan waktu mulai dimainkan di Bristol, Inggris. Alat waktu yang digunakan adalah jam pasir. Jam catur modern dengan dua tombol lalu ditemukan untuk memudahkan permainan ini. Seorang pemain bisa menghentikan jarum jamnya saat ia selesai melangkah. Jam catur yang dilengkapi tanda –bendera jatuh– bagi pemain yang melampaui batas waktu sudah mulai dikenal pada akhir abad 19.

 BAB III
P E N U T U P


KESIMPULAN
            Bahwa permainan catur menurut Wikipedia pertama kali ditemukan di masyarakat Persia dan Arab. Kata “catur” itu sendiri berasal dari kata “chaturanga,” yang dalam bahasa Sanskrit berarti “empat divisi ketentaraan.”.Catur berkembang di India pada abad ke- 6, sedangkan dari Timur Tengah Karnamak-i Ardeshir-i Papakan, seorang pendiri Kekaisaran Sassanid Persian di Irak memperkenalkan permainan chatrang sebagai salah satu cara agar rakyat mengenangnya sebagai seorang pahlawan legendaries dan catur  masuk ke Eropa melalui Persia, seiring penyebaran pengaruh Kerajaan Byzantine dan perluasan Kekaisaran Arab. Catur masuk ke Eropa Selatan pada akhir milenium pertama. Dan hingga pada era modern kompetisi catur mulai digelar tahun 1834 dan tahun 1851 Turnamen Catur London mulai mengenalkan pembatasan waktu bagi setiap pemain



DAFTAR PUSTAKA

  • H.J.R. Murray (1998). History Of Chess. Jogjakarta : Bentang Pustaka.
  • Wardoyo, Broto. (2008,11 Agustus). Papan Catur Timur Tengah, Harian Kompas hlmn.6.




Download Makalah Permainan Catur

Makalah Implikasi Teori Kebudayaan Terhadap Pendidikan

No comments:
BAB I
PENDAHULUAN

A.           LATAR BELAKANG
Betapa pentingnya kebudayaan dalam suatu daerah terhadap pendidikan di suatu negara. Hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan merupakan identitas yang dimiliki suatu daerah atas keunikan yang khas dengan berbagai macam warna. Kebudayaan merupakan aset yang dimiliki suatu negara dari berbagai macam suku dan adat istiadat seperti yang dimiliki negara Indonesia. Begitu banyaknya kebudayaan yang dimiliki sehingga kita sebagai warga negara yang baik harus menjaga dan merawatnya supaya kebudayaan itu tidak diambil oleh negara lain. Untuk menjaga dan merawat kebudayaan tersebut banyak hal yang dapat kita lakukan seperti belajar kesenian, mengenal adat istiadat suatu daerah, memperkenalkan kebudayaan ke daerah lain dan kepada generasi masa depan.

B.            RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana teori-teori kebudayaan?
2.      Bagaimana pendidikan kebudayaan di Indonesia?
3.      Bagaimana implikasi teori kebudayaan terhadap pendidikan di Indonesia?

C.           TUJUAN MASALAH
1.      Menjelaskan teori-teori kebudayaan.
2.      Menjelaskan pendidikan kebudayaan di Indonesia.
3.      Menjelaskan implikasi teori kebudayaan terhadap pendidikan di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
A.           Teori-teori Kebudayaaan
Menurut ilmu antropologi, “kebudayaan” adalah : keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri  manusia dengan belajar. Hal ini berarti hampir seluruh tindakan manusia adalah “kebudayaan” karena semua tindakan manusia dalam kehidupan masyarakat perlu dibiasakan dengan belajar. Menurut Edward B. Taylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebudayaan merupakan sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide gagasan yang terdapat di dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan teori kebudayaan itu merupakan usaha untuk mengonsepkan makna data untuk memahami hubungan antara data yang didapat dengan manusia dan kelompok manusia yang mewujudkan data tersebut. Teori kebudayaan dapat digunakan untuk keperluan praktis, memperlancar pembangunan masyarakat, membangun manusia yang beradab melalui pengajaran-pengajaran nilai-nilai budaya, pengkajian dan pembelajaran akan artefak seperti naskah karya sastra, dan sebagainya. Pentingnya teori budaya adalah membawa dari modernitas (untuk yang pro-pascamodernitas atau postmodernitas) ke era masa yang dianggap mampu menyelamatkan kehidupan manusia, sehingga manusia merasa mengalami masa reborn atau terlahir kembali.
a.      Teori evolusi kebudayaan L.H Mogan
Lewis H. Mogan (1818-1881) mula-mula adalah sorang ahli hukum yang lama tinggal di suku indian Iroquois di daerah ulu sungai St. Lawrence dan di sebelah selatan sungai-sungai Ontario dan Erie (New York) sebagai pengaca orang-orang Indian dalam soal-soal mengeni tanah. Dengan demikian ia mendapat pengetahunan tentang kebudayan orang-orang Indian. Karangan-karangan nya tentang seorang Iroquis tyerutama terpusat kepada soal-soal susunan kemasyarakatan dan sistem kekerabatan, dan dalam hal ini Mogan telah menyumbangkan yang terbesar kepada ilmu antropologi pada umumnya. Dalam memperhatikan sistem kekerabatan itu, Mogan mendapatkan cara untuk mengupas sistem kekerabatan dari semua suku bangsa di dunia yang jumlahnya beri-ribu itu, yang masing-masing sangat berbeda bentuknya. Didasarkan gejala kesejajaran yang seringkali ada di antara sistem istilah kekerabatan (system of kinshipterminilogi) dan kekerabatan (kiship system).
 Menunjukan banyak banyak individu, yaitu Ayah, semua keluaga ayah, dan dan semua keluaga ibu. Menunjukan seorang individu saja yaitu ayah. Bahwa ayah dan saudara ayah dalam sistem Iroquis itu disebut dengan satu istilah disebabkan karena sikap orang, dan juga mungkin hak-hak dan kewajiban orang tehadap ayah itu sama. Sebaliknya bahwa ayah dan saudara ayah disebut dengan sebutan yang berlainan, disebabkan karena sikap, hak-hak dan kewajiban terhadap ayah dan saudara pria itu berbeda pula. Karena hasilnya rupa-rupanya memuaskan, maka Morgan menyabarkan angket itu di luar Amerika Serikat pada berbagai suku bangsa lain di dunia melalui  lembaga Smithsonian Institute, antara lain karena ia mempunyai hubungan dan pengaruh yang luas,  dan ia berhasil mengumpulkan seratus tiga pulu sembilan istilah kekerabatan yang berasal dari seluruh dunia.
Menurut Morgan, masyarakat dari semua bangsa di dunia sudah tapi menyelesaikan proses evolusi melalui delapan tingkat evolusi sebagai berikut :
  1. Zaman Liar Tua, yaitu zaman sejak adanya manusia sampai menemukan api, dalam zaman ini manusia hidup dari meramu, mencari akar-akar dan tumbuhan-tumbuha liar.
  2. Zaman Liar Madia, yaitu zaman sejak menemukan api, sampai ia menemukan senjata busur panah, dalam zaman ini manusia mulai merobah hidupnya dari meramu menjadi pencari ikan di sungai-sungai atau menjadi pemburu.
  3. Zaman Liar Muda, yaitu zaman sejak manusia mengenal busur panah, mendapat kepandaian membuat barang-barang tembikar , padan zaman ini mata pencarian nya masih pemburu.
  4. Zaman Barbar Tua, yaitu zaman sejak manusia menemukan kepandaian membuat tembikar sampai ia mulai berternak atau bercocok tanam.
  5. Zaman Barbar Madya, yaitu zaman sejak manusia berternak dan bercocok tanam sampai ia pandai membuat benda-benda dari logam.
  6. Zaman Barbar Muda, yaitu zaman sejak menemukan kepandaian membuat benda-benda dari logam, sampai ia mengenal tulisan.
  7. Zaman peradapan purba.
  8. Zaman Peradapan Masakini.
Teori Morgan dapat acaman yang sangat keras dari para ahli Antropologi dari  negara Inggris dan Amerika Serikat pada awal abd ke-20 ini, dan walaupun demikian ia seorang warga Amerika  yang mempunyai ilmu pengetahuan yang luas mengenai kehidupan masyarakat dan kebudayaan Indian penduduk pribumi Amerika, ia tidak dianggap sebagai pendekar ilmu Antropologi Amerika. Teori Morgan menjadi terkenal dikalangan cendikiawan komunis berkat F. Engels, yang sebagai pengarang yang bergaya lancar, telah befungsi membuat populer gagasan-gagasan Marx yang sering terlalu ilmiah sifatnya itu.
b.      Teori Evolusi Religi E.B. Tylor
Edward B. Tylor (1832-2927) adalah orang Inggris yang mula-mula mendapatkan pendidikan dalam kesusateraan san nperdapan yunani dan rum klasik, dan baru kemudian tertarik dengan ilmu arkeologi. Sebagai orang yang dianggap memiliki kemahiran ilmu arkeologi, dalam tahun 1856 ia turut dengan suatu exspedisi, Inggris untuk menggali benda-benda arkeologi di mexiko.dari karangan-karangan itu, terutam dari yang tebalnya dua jilid berjudul Resekches into the Early History of Mankind (1871), tampak pendirianya cara penganut cara berfikir Evolusionisme. Menurut uraian sendiri, seorang ahli antropologi bertujuan mempelajari sebanyak mungkin kebudayaan beraneka ragam di dunia, mencari unsur-unsur yang sama dalam kebudayaan itu, dan kemudian mengklaskannya berdasar unsur-unsur persaman itu sedemikian rupa, kemudian nampak seajarah evolusi kebudayaan manusia itu dari satu tinggkat ke tingkat yang lain.
Asal mula religi adalah kesadaran manusia akan adanya jiwa. Kesadaran akan faham jiwa itu di sebabkan karena dua hal, yaitu :
1.      Perbedaan yang tampak terhadap manusia antara hal-hal yang hidup dan hal-hal yang mati. Artinya hidup, suatu organismae pda satu saat bergerak-gerak, artinya hidup, tetapi tidak lama kemudian organisme itu tidak bergerak lagi. Artinya mati. Maka manusia sadar akan kekuatan yang menyababkan gerak itu, yaitu jiwa.
2.      Perisiwa Mimpi. Dalam mimpi manusia melihat dirinya berada di tempat-tempat lain (bukan ditempat ia sedang tidur). Maka manusia mulai membedakan antara tubuh jasmaninya yang ada ditempat tidur, dan suatu yang lain pada dirinya yang pergi ke tempat-tempat  lain. Bagian lain itulah.
Sifat abstrak dari jiwa itu menimbulkan keyakinan pada manusia bahwa jiwa tetap hidup langsung, lepas dari jasmaninya.Alam semesta penuh dengan jiwa-jiwa yang merdeka itu, yang oleh Tylor tidak disebut soul, atau jiwa lagi, tetapi diserbut spirit9makluk alus atau roh). Dengan demikian piukiran manusia telah mentranformasikan kesadarannya akan adanya jiwa menjadi keyakinan kepada mahluk-mahluk hulus. Pada tingkat tertua dalam evolusi religi, manusia percaya bahwa makluk-makluk halus itu  yang menempati alam sekeliling tempat tinggalnya.

c.    Teori J.G. Frazer mengenai ilmu Gaib dan Religi 
J.G. Frazer (1854-1941) adalah ahli fulklor Inggris yang juga banyak meggunakan  bahan etnokrafi dalam karya-karyanya, dan yang karena itu dapat kita anggap juga salah seorang tokohilmu antropologi. Diantara karangannya mengenai fulklor yang tidak terbilang banyaknya ada dua buah yang penting, yang mengandung asal mula dan evoludi ilmu gaib dan religi. Yaitu totemism and Exsogami (1910) uang terdiri dari empat jilid, dan karya rasa yang berjudul The Golden Bough 1911-1913), yang terdiri dari dua belas bab.
Teori Frazer mengenai asal-mula limu gaib dan religi itu dapat diringkas sebagai berikut : manusia memecahkan soal-soal hidupnya dengan akal dan sistem pengetahuannya, tetapi akal dan sistem pengetahuan itu ada batasnya. Soal-soal hidap yang tidak dapat di pecahkan dengan akal dipecahkannya dengan magic, alam gaib. Menurut Frazer, magic adalah semua tindakan manusia (abstensi dari tindakan ) untuk mencapai suatu maksud melalui kekuatan yang ada di dalam alam, serta seluruh komplek anggapan yang ada di belakang nya. Mencari hubungan dengan makluk-makluk halus itu timbulah religi.
Ilmu gaib ialah segala sistem tingkah laku dan sikap manusia untuk mencapai suatu maksut dengan menguasai dan mempergunakan kekuatan-kekuatan dan kaidah –kaidah gaib yang ada di dalam alam. Sebaliknya religi adalah segala sistem tingkah laku manusia untuk mencapai suatu maksud  dengan cara menyadarkan diri kepada kemuan dan kekuasan kepada makluk halus seperti roh-roh, dewa-dewa sebagainya, yang menempati alam.
B.     Implikasi Kebudayaan Terhadap Pendidikan
Budaya dicapai manusia melalui proses yang panjang, melalui pendidikan, melalui sosialisasi sehingga diperoleh internalisasi nilai yang menjadikan sesuatu nilai itu menjadi satu dengan dirinya, menjadi miliknya yang diaktualisasikan secara spontan dalam kehidupan nyata.
Pendidikan pada dasarnya adalah proses budaya (Djohar, 1998:1). Pendidikan secara praktis tak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya. Transfer nilai-nilai budaya dimiliki paling efektif adalah melalui proses pendidikan. Keduanya sangat erat sekali hubungannya karena saling melengkapi dan mendukung antara satru sama lainnya.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Pendidikan juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda dan juga proses pengembangan budaya dan karakter bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan peserta didik berada, terutama dari lingkungan budayanya, karena peserta didik hidup tak terpishkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah budayanya. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip itu akan menyebabkan peserta didik tercerabut dari akar budayanya. Ketika hal ini terjadi, maka mereka tidak akan mengenal budayanya dengan baik sehingga ia menjadi orang “asing” dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing, yang lebih mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai budayanya.
Budaya, yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang, dimulai dari budaya di lingkungan terdekat berkembang ke lingkungan yang lebih luas yaitu budaya nasional bangsa dan budaya universal yang dianut oleh ummat manusia. Apabila peserta didik menjadi asing dari budaya terdekat maka dia tidak mengenal dengan baik budaya bangsa dan dia tidak mengenal dirinya sebagai anggota budaya bangsa. Dalam situasi demikian, dia sangat rentan terhadap pengaruh budaya luar dan bahkan cenderung untuk menerima budaya luar tanpa proses pertimbangan. Kecenderungan itu terjadi karena dia tidak memiliki norma dan nilai budaya nasionalnya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pertimbangan. Oleh karena itu kebudayaan suatu bangsa wajib dipertahankan dan dikembangkan, sebab berfungsi sebagai filter (counter culture) dan motor penggerak dalam meningkatkan kreatifitas yang tinggi, ketahanan jati diri, dan kelangsungan hidup suatu bangsa.
Pendidikan dipandang sebagai proses melaksanakan acculturation and culturation, artinya pendidikan adalah sebagai sarana pengembangan budaya, ekonomi, teknologi dan pengetahuan sekaligus pula pendidikan harus dapat mengembangkan sikap hidup, cara bekerja yang tercermin dalam sistem kemasyarakatan sehingga mampu menghadapi perkembangan yang ada tanpa membawa akibat destruktif terhadap identitas bangsa sebagai subjek budaya. Dalam masyarakat modern proses pendidikan tersebut didasarkan pada program pendidikan secara formal yaitu melalui pendidikan di sekolah. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam halyang nantinya menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru.
Salah satu peran kebudayaan dalam pendidikan di sekolah adalah membentuk kepribadian.

Daftar Pustaka
Djohar. 2006. Pengembangan Pendidikan Nasional Menyongsong Masa Depan. Yogyakarta: CV. Grafika Indah.

Cara Mengatasi Pecah – Pecah Pada Tumit

No comments:
Tumit Pecah

CaraKu,- Pecah – pecah pada tumit anda mungkin sangat menggangu penampilan anda dan anda sebaiknya harus cepat – cepat mengatasi hal itu karena jika dbiarkan akan bertambah parah dan jangan anggap sepele masalah ini sebelum terlambat.  Pecah – pecah pada tumit biasanya disebabkan kekeringan pada kulit serta terkena zat yang terkandung pada deterjen saat anda mencuci serta kebiasaan tidak menggunakan alas kaki pada saat beraktivitas di permukaan yang kasar. Mungkin bagi sebagian laki – laki memang tidak mengganggu tetapi bagi para kaum wanita jelas hal ini sangat mengganggu penampilan sehingga membuat risih dan tidak percaya diri.

  1. Dengan Batu Apung -> cara ini mungkin biasa dilakukan oleh banyak orang terutama orang yang berada pada wilayah pedesaan karena dipedesaan masih terdapat banyak batu apung, gosokan batu apung yang mempunyai bagian kasar kebagian tumit yang pecah – pecah gunakan cara ini saat sehabis anda mandi karena kulit yang lembab akan mempercepat proses penglupasan dan lakukan setiap anda mandi.
  2. Gunakan Air Hangat -> rendamlah kaki anda pada ember yang terisi air hangat secukupnya selama kuarang lebih 30 menit, supaya sel kulit mati mudah mengelupas lalu bersihkanlah tumit anda dengan menggunakan sikan yang lembut supaya sel kulit mati dapat terangkat semua.
  3. Dengan campuran gilingan Pisang dan alpokat -> Haluskan pisang serta Alpokat lalu campurlah masing masing bahan tersebut dengan ukuran 100 gram saja, lalu balurkan ketumit yang pecah – pecah dan biarkan selama 30 menit setelah itu bilas sampai bersih, lakukan cara ini sampai tumit anda benar – benar halus.
  4. Dengan Gliserin -> Mungkin penduduk perkotaan selalu menggunakan cara ini, Balurkan gliserin pada bagian yang pecah- pecah dan diamkan selama 30 menit dan bersikan dengan menggunakan handuk.