May 2015 | Serba Serbi komplit

Contoh Makalah Pengaruh Perubahan Sosial Budaya Terhadap Pendidikan

No comments:

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kehidupan itu adalah suatu yang dinamis, dengan demikian setiap kehidupan akan senantiasa mengalami perubahan, dan pada konteks manusia, maka manusiapun juga akan mengalami perubahan, baik ia sebagai individu maupun masyarakat. Dan dalam perubahan yang terjadi pada masyarakat (sebagai kumpulan dari individu-individu) bisa terjadi dalam pola perilaku individu maupun organisasi, perubahan dalam norma sosial, interaksi juga termasuk pendidikan.
Karena kehidupan itu dinamis, maka perubahan yang terjadi adalah suatu fenomena yang lumrah atau normal pengaruhnya bahkan bisa menjalar dan merambah kebagian belahan dunia lain dengan cepat dan efektif karena didukung oleh kemajuan komunikasi yang canggih dan modern. Penemuan-penemuan baru dibidang teknologi tanpa kita sadari juga sangat mempengaruhi perubahan sosial yang juga akan berdampak pada pendidikan.
Suatu perubahan sosial yang terjadi sekecil apapun mungkin akan berakibat pada struktur kehidupan masyarakat yang lainnya, isalnya pada perubahan gaya berpakaian akan menghasilkan akbibat pada ekonomi masyarakat, karena suatu model yang tren akan senantiasa diikuti masyarakat yang menyenangi model-model pakaian yang terbaru. Sama halnya dampak dari perubahan sosial akan berakibat pada Pendidikan  pada khususnya. Makalah berikut mencoba menggali dampak dari perubahan sosial masyarakat terhadap Pendidikan .

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang diatas penulis menarik rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana pemahamana mengenai perubahan sosial budaya ?
2.      Bagimana Pengaruh perubahan sosial budaya terhadap pendidikan ?

C.    Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.      Untuk memahami perubahan sosial budaya ?
2.      Untuk mengetahui Pengaruh  perubahan sosial budaya terhadap pendidikan ?

D.    Metode Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan mengumpulkan informasi dari berbagai buku dan browsing di internet.
 
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Perubahan Sosial Budaya
Dinamika perubahansosial budaya sekarang ini  berlangsung dengan sangat cepat. Dimulai dari sebelum masuknya era reformasi atau di penghujung orde baru, riak itu terasa deras. Pasca jatuhnya kekuasaan orde baru, berbagai peristiwa sosial berlangsung silih berganti dengan sangat cepat. Pucuk pimpinan di tingkat nasional punsebelum Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono-tidak pernah ada yang mencapai waktu maksimal dua periode. Bahkan Gus Dur dihentikan di tengah jalan.
Di tingkat daerah-seiring otonomi daerah-dinamika yang kencang juga terjadi secara sporadic di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Isu-isu nasional seolah-olah sedang berlomba-lomba dengan isu-isu lokal yang seakan tak mau kalah meriahnya.
Mengamati dinamika ini, saya kira menjadi menarik untuk memprediksikan bentuk bangsa dan Negara ini ke depan. Acuan yang digunakan adalah teori-teori tentang perubahan sosial yang secara khsus mengamati berbagai fenomena dalam kehidupan sosial masyarakat.
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain; perkembangan IPTEK yang lambat; sifat masyarakat yang sangat tradisional; ada kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat; prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi kegoyahan pada masyarakat bila terjadi perubahan; hambatan ideologis; dan pengaruh adatatau kebiasaan.
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia perubahanberarti hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran. Sedangkan sosialadalah hal yang berkenaan dengna masyarakat. Perubahan sosial adalah berubahnya struktur atau susunan sosial (kemasyarakatan) dalam suatu masyarakat. Perunahan tersebut merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap tatanan masyarakat, perubahan itu juga terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin berubah dari satu keadaan kepada keadaan lain yang lebih baik. Pudjiwati Sajagyo mengutip pendapat Hirschman yang mengatakan bahwa kebosanan manusia adalah penyebab suatu perubahan.
Manusia sering tidak puas dan bosan pada satu keadaan dan berusaha untuk mencari cara atau alternatif lainnya untuk menghilangkan kebosanannya dan menemukan cara baru yang lebih menyenangkan, mudah dan murah. Bisa kita lihat pada revolusi teknologi transportasi yang demikian canggih hingga berakibat pada perubahan pola mobilisasi manusia.
Ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur budaya materiil dan immateriil, artinya setiap unsur budaya masyarakat yang bersifat materiil dan immateriil (sprituil) juga rentan atau cendrung terhadap perubahan. Berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Kingsley Davis yang mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat, sehingga akan disebut suatu perubahan sosial kalau tatanan dan fungsi dalam masyarakat yang berubah. Sebagai contoh ketika muncul persatuan pekerja atau organisasi buruh yang dalam masyarakat kapitalis menyebabkan perubahan hubungan antara pekerja dengan majikan yang kemudian berimplikasi juga pada berubahnya organisasi ekonomi atau bahkan politik (pada negara tertentu ada yang berubah menjadi partai politik, misalnya partai buruh di Inggris).
Soerjono Soekamto dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar, mengutip pendapat Gillin dan Gillin tentang perubahan sosial sebagai suatu variasi dari suatu cara hidup yang telah ada dan diterima dalam suatu masyarakat, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi (susunan) penduduk, ideologi ataupun juga karena adanya difusi maupun penemuan-penemuan teknologi terbaru dalam suatu masyarakat. Jadi jika suatu masyarakat mengadakan atau melakukan suatu variasi atau cara lain dari kebiasaan yang sudah ada, maka hal itu dinamakan perubahan.
Konsep perubahan sosial adalah fenomena yang rumit, dalam arti menembus ke berbagai tingkat kehidupan sosial. Dan jika ada suatu defenisi tentang perubahan sosial yang mencakup seluruh aspek kehidupan sosial, maka hal itu benar saja. Karena, pada keseluruhan aspek kehidupan yang terjadi dalam susunan sosial, sistem sosial, dan organisasi sosial masyarakat.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa perubahan sosial yaitu perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi dalam sistem sosial, yang mana termasuk didalamnya aspek kebudayaan juga nilai-nilai, norma, kebiasaan, kepercayaan, tradisi, sikap, maupun pola tingkah laku dalam suatu masyarakat. Atau jika kita melihat adanya perbedaan keadaan yang terjadi sekarang dalam suatu masyarakat jika dibandingkan dengan keadaannya dahulu, maka hal itu dapat dikatakan bahwa dalam struktur sosial masyarakat tersebut telah berubah.
Banyak yang berpendapat bahwa kecendrungan terjadinya suatu perubahan pada masyarakat merupakan penomena yang wajar sebagai akibat dari pergaulan hidup, dan banyak pakar yang mengemukakan pendapat bahwa perubahan sosial terjadi sebagai akibat adanya perubahan yang terjadi dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan dalam suatu masyarakat, seperti perubahan ekonomi, kebudayaan dan teknologi, politik, geografis dan sebagainya, yang pada dasarnya bermuara pada kesimpulan bahwa perubahan merupakan suatu mata rantai kejadian yang melingkar dan tidak terputus.
Pada term norma dan perubahan sosial, maka jika norma adalah dasar dari keteraturan kehidupan sosial, maka perubahan sosial, yakni yang merupakan perubahan dalam struktur masyarakat, terjadi sebagai akibat dari perubahan dalam norma-norma sosial tersebut. Sehingga ketika norma dalam suatu struktur masyarakat telah berubah maka perubahan dalam masyarakat tersebut telah terjadi.
Pendapat Pitirim A. Sorokin yang meragukan kebenaran akan adanya lingkaran-lingakran perubahan sosial, namun perubahan tetap ada dan yang paling penting adalah lingkaran terjadinya gejala-gejala sosial harus dipelajari, dan dengan jalan tersebut barulah dapat diperoleh suatu generalisasi tentang lingakran perubahan sosial tersebut.
Sebelum membahas pengertian Pendidikan , perlu kita mengetahui dahulu tentang arti pendidikan, menurut Badan PBB yang bernama UNESCO bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia dewasa untuk mengembangkan kemampuan anak memalui bimbingan, mendidik dan latihan untuk peranannya di masa depan. Pendidikan merupakan proses memberdayakan atau juga mengembangkan potensi setiap manusia, usaha mewujudkan potensi kreatif dan tanggungjawab kehidupan termasuk tujuan pribadinya.
Adapun Pendidikan  yaitu sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan kepada seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai kepribadiannya. Pengertian lainnya mengatakan bahwa Pendidikan  merupakan pewarisan dan perkembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedoman pada ajaran Islam sebagai yang termaktub dalam al-Qur’ân dan terjabar dalam Sunnah Rasul, jadi yang dimaksudkan dengan Pendidikan  adalah dalam rangka terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam  Dengan demikian ciri yang membedakan antara Pendidikan  dengan pendidikan lain, yaitu adanya penggunaan ajaran Islam sebagai pedoman dalam proses pewarisan dan pengembangan budaya ummat manusia atau masyarakat tersebut.
Dapat dikatakan bahwa seseorang yang mendapatkan Pendidikan  harus mampu hidup dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagaimana diharapkan oleh cita-cita Islam, dengan kata ketika seseorang yang menerima Pendidikan  maka ia menjalankan kehidupannya sesuai dengan koridor ajaran Islam, yaitu al-Qur’ân dan Hadits. Dengan demikian pengertian Pendidikan  adalah suatu sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang diperlukan seorang hamba Allah, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman dalam seluruh aspek kehidupan manusia, baik yang bersifat duniawi dan terlebih ukhrawi.

B.     Pengaruh Perubahan Sosial Budaya Terhadap Pendidikan
Aspek sosial dalam pendidikan sangat berperan pada pendidikan begitu pun dengan aspek budaya dalam pendidikan. Malah dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Berikut akan dibahas mengenai sosial dan budaya pada pendidikan, sebagai berikut :
1.      Sosiologi dan Pendidikan
Sosiologi adalah  ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam
kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Dalam sosiologi, perilaku manusia bertalian dengan nilai-nilai. Sosiologi berpandangan bahwa perilaku itu tidak bebas, melainkan mengikuti pola yang kontinu dan diatur oleh nilai-nilai yang ada di masyarakat. Secara garis besar ada empat sumber nilai, yaitu norma-norma, agama, peraturan dan perundang-undangan, dan pengetahuan. Sekolah-sekolah harus memperhatikan pengembangan nilai-nilai ini pada anak-anak di sekolah. Wuradji mengatakan (1) sekolah sebagai kontrol sosial, yaitu untuk memperbaiki kebiasaan-kebiasaan jelek pada anak-anak kala di rumah maupun di masyarakat dan (2) sekolah sebagai pengubah sosial, yaitu untuk menyeleksi nilai-nilai, menghasilkan warga negara yang baik, dan menciptakan ilmu serta teknologi baru.
Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan sangat membutuhkan bantuan sosiologi. Konsep atau teori sosiologi memberi petunjuk kepada guru-guru tentang bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar mereka bisa memiliki kebiasaan  hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab sesama teman.
Pendidikan adalah suatu bentuk dari perwujudan seni dan budaya manusia yang terus berubah (berkembang) dan sebagai suatu alternatif yang paling rasional dan memungkinkan untuk melakukan suatu perubahan atau perkembangan. Dan sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi dalam sistem sosial, yang mana termasuk didalamnya adalah pendidikan, karena pendidikan ada dalam masyarakat, baik itu pendidikan formal, informal, maupun non formal (ada istilah lain yang menyebutkan ketiga istilah tersebut, yaitu pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah), dan perubahan sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat sangat berpengaruh terhadap pendidikan, dan tidak terkecuali Pendidikan.
2.      Kebudayaan dan Pendidikan
Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan, 1989)
Hassan (1983) misalnya mengatakan kebudayaan berisikan : (1) norma-norma, (2) folkways yang mencakup kebiasaan, adat, dan tradisi, dan (3) mores. Sementara itu Imran Manan (1989) menunjukkan lima komponen kebudayaan sebagai berikut : (1) Gagasan, (2) Ideologi, (3) Norma, (4) Teknologi, dan (5) Benda. Agar menjadi lengkap, perlu ditambah beberapa komponen lagi yaitu : (1) Kesenian, (2) Ilmu dan (3) Kepandaian.
Kebudayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu : (1) Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan Indonesia, (2) Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan Jawa, Bali, Sunda, Nusa Tenggara Timur dan sebagainya dan (3) Kebudayaan popular, yaitu  suatu  kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek daripada kedua macam kebudayaan terdahulu.
Fungsi kebudayaan dalam kehidupan manusia adalah : (a) Penerus keturunan dan pengasuh anak, (b) Pengembangan kehidupan berekonomi, (c) Transmisi budaya, (d) Meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha esa, (e) Pengendalian sosial, (f) Rekreasi
Perubahan kebudayaan disebabkan oleh : (a) Originasi atau penemua-penemua baru, (b) Difusi atau percampuran budaya baru dengan budaya lama, (c) Reinterpretasi atau modifikasi kebudayaan agar sesuai dengan keadaan zaman.
Upaya bangsa Indonesia untuk memberantas kebodohandengan mewajibkan pendidikan dasar sembilan tahun adalah satu upaya untuk mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Seiring dengan berubahnya kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang mampu membekali diri mereka dengan pengetahuan dan keterampilan yang nantinya dpat digunakan atau dipraktikkan dalam kehidupan nyata, maka perubahan sosial sebagai akibat dari perubahan orientasi pendidikan juga akan terjadi.
Jika kita melihat perubahan sosial sebagai dampak dari berkembangnya teknologi adalah dengan sangat mudahnya mengakses internet yang bagi masyarakat yang tidak agamis dapat digunakan untuk hal-hal yang negatif, kita juga bisa menyaksikan banyaknya kecurangan-kecurangan, ketidak jujuran, dan banyak perbuatan negatif yang bertentangan dengan norma agama Islam sebagai dampak dari perubahan sosial, karenanya sangat diperlukan sistem Pendidikan  yang dapat mempersiapkan manusia (masyarakat) untuk tidak melakukan perbuatan tersebut.
Dampak lain dari terjadinya perubahan sosial terhadap Pendidikan  adalah dengan terus dikembangkannya kurikulum yang mampu menjawab tantangan perubahan, juga berdampak pada perubahan sistem manajemen pendidikan yang berorientasi pada mutu (quality oriented), yaitu tuntutan akan peningkatan kualitas pembelajaran yang berkelanjutan menuju kepada pembelajaran unggul sehingga menghasilkan output yang berkualitas.
Perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat sangat berpengaruh pada pendidikan dan Pendidikan  pada khususnya, namun tidak semua perubahan sosial yang terjadi berdampak positif, tetapi ada juga perubahan sosial yang menghasilkan akbit buruk bagi dunia Pendidikan , berikut sisi positif dan negatif dari suatu perubahan sosial terhadap Pendidikan :
1.      Dampak positif
Sisi positif dari sebuah perubahan sosial bagi Pendidikan  adalah dapat meningkatnya taraf Pendidikan  dalam kehidupan masyarakat sehingga dapat menghasilkan manusia yang siap menghadapi perubahan sosial tersebut dengan mengacu pada ajaran-ajaran Islam.
2.      Dampak negatif
Sedangkan dari sisi negatif dari suatu perubahan sosial terhadap Pendidikan  adalah ketidaksiapan Pendidikan  menerima perubahan yang begitu cepat dan drastis, artinya lembaga Pendidikan  harus lebih siap dalam menghadapi perubahan sosial yang semakin berkembang dan terus menerus berubah.
Apalagi dengan berkembangnya teknologi yang begitu pesat yang membuat banyaknya pengaruh budaya dari luar yang merasuk pada kehidupan dan cara hidup anak-anak muslim. Siaran televisi dan akses internet yang sudah bisa dilakukan dimana saja, menjadi tantangan tersendiri bagi Pendidikan  untuk mengantisipasinya, jika Pendidikan  tidak siap terhadap perubahan tersebut maka, Pendidikan  akan tergusur, tetapi tidak jika para pegiat Pendidikan  senantiasa berinnovasi dan berkreasi dalam mengantisipasi perbuhan tersebut, dengan tentunya tidak terlepas dari tuntunan ajaran Islam.
Pengaruh perubahan sosial yang lainnya terhadap Pendidikan  adalah terjadinya transformasi pemikiran dalam Pendidikan, seiring dengan perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Sehingga Pendidikan  juga mengalami perubahan. Hal ini terjadi karena adanya persepsi bahwa Islam sebagai penghambat perubahan, Islam dituduh sebagai tatanan nilai yang tidak bisa berdampingan dengan kemajuan dan sains modern. Jelas semua anggapan tersebut salah karena ajaran Islam sangat sesuai dengan perkembangan zaman dan mendukug perkembangan sains (sains yang value bound, bukan yang free of value), karena pada hakekatnya perkembangan dan kemajuan sains harus sesuai dengan harkat dan martabat manusia.
Dalam hal yang lebih kongkrit pengaruh perubahan sosial terhadap Pendidikan  adalah ketika perubahan sosial membawa kepada perbaikan ekonomi masyarakat dan menuntut mereka untuk memenuhi kebutuhan akan hasil teknologi seperti komputer/laptop, maka ketika seorang anak yang mendapat tugas dari gurunya untuk membuat karya tulis sederhana yang bahannya tersedia lewat internet, maka secara langsung dan jelas perubahan sosial.
Kita juga melihat perkembangan lembaga Pendidikan  yang berorientasi pada IPTEK sebagai hasil dari berubahnya masyarakat, sehingga banyak visi sekolah/madrasah yang mengedepankan orientasi IPTEK, karena disisi lain masyarakat juga menuntut lembaga pendidikan yang mengikuti perkembangan dan mampu mempersiapkan anak mereka untuk menghadapi masa depan. Jelas, bahwa perubahan sosial yang terjadi sangat berdampak pada Pendidikan .
Pesantren modern adalah salah satu bentuk lembaga Pendidikan  yang mencoba mengakomodasi keinginan masyarakat akan mutu manusia yang beriman sekaligus juga berwawasan keilmuan, sehingga selain dipelajari bahasa Arab sebagai modal utama dalam mengkaji ilmu keislaman dari sumber yang menggunakan bahasa Arab, juga bahasa asing dunia lainnya terutama bahasa Inggris sebagai antisipasi terhadap perubahan sosial yang mengedepankan kemampuan individu yang komprehensif.
Bahkan banyak sekolah/madrasah yang diberi lebel “Model” yang oleh pemerintah disiapkan untuk membentuk dan menyiapkan sumber daya manusia yang Islami sekaligus tidak gagap teknologi dan ilmu pengetahuan.
Dalam sejarah lembaga Pendidikan  juga berubah atau berkembang menurut keadaan masyarakat, kalau pada saat Islam masuk dan berkembang di Nusantara, Islam diajarkan melalui lembaga surau, namun ketika masyarakat berubah, maka Islam sekarang juga diajarkan melalui pendidikan formal (jalur sekolah).
Perubahan sosial budaya yang terjadi di lingkungan dapat saja mempengaruhi pelaksanaan prinsip-prinsip Pendidikan  di masayarakat tersebut, karena prinsip-prinsip tersebut bisa saja tidak berjalan dengan baik karena perubahan sosial yang terjadi, misalnya berubahnya pola pikir masyarakat dari orientasi agama kepada orientasi dunia kerja, sehingga Pendidikan  dimasayarakat sering kali terpinggirkan, menjadi marjinal, dan tidak menjadi pilihan pertama.
Hal tersebut juga mungkin saja dikarenakan bahwa lembaga pendidikan yang melaksanakan Pendidikan  di masayarakat tidak mengantisipasi perubahan sosial tersebut, karena bisa saja Pendidikan  dimasayarakat mempersiapkan SDM/lulusan yang siap kerja dan siap membuka lapangan pekerjaan.


BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatumasyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia perubahanberarti hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran. Sedangkan sosialadalah hal yang berkenaan dengna masyarakat. Perubahan sosial adalah berubahnya struktur atau susunan sosial (kemasyarakatan) dalam suatu masyarakat. Perunahan tersebut merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap tatanan masyarakat, perubahan itu juga terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin berubah dari satu keadaan kepada keadaan lain yang lebih baik. Pudjiwati Sajagyo mengutip pendapat Hirschman yang mengatakan bahwa kebosanan manusia adalah penyebab suatu perubahan.
Perubahan sosial budaya yang terjadi di lingkungan dapat saja mempengaruhi pelaksanaan prinsip-prinsip Pendidikan  di masayarakat tersebut, karena prinsip-prinsip tersebut bisa saja tidak berjalan dengan baik karena perubahan sosial yang terjadi, misalnya berubahnya pola pikir masyarakat dari orientasi agama kepada orientasi dunia kerja, sehingga Pendidikan  dimasayarakat sering kali terpinggirkan, menjadi marjinal, dan tidak menjadi pilihan pertama
Aspek sosial dalam pendidikan sangat berperan pada pendidikan begitu pun dengan aspek budaya dalam pendidikan. Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan sangat membutuhkan bantuan sosiologi. Konsep atau teori sosiologi memberi petunjuk kepada guru-guru tentang bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar mereka bisa memiliki kebiasaan  hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab sesama teman.

B.     Saran
Kepada semua stake holder disekolah agar senantiasa melakukan inovasi dalam pendidikan guna mengantisipasi tuntutan masyarakat akan sekolah yang baik dengan indikasi bahwa sekolah tersebut tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi sebagai akibat dari kemajuan teknologi yang pesat.


DAFTAR PUSTKA
Arifin, H. M. , Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003)
Berry, David, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Terj. Paulus Wirutomo, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003)
Fauzan, 2009, Landasan Sosial Budaya Sosial Budaya Pendidikan, http://defauzan.wordpress.com, di akses 18-03-2011.
Tirtosudarmo, Riwanto, Dinamika Pendidikan dan Ketenagakerjaan Pemuda di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarma Indonesia, 1994)
Wahyu, Dr. H., MS, Memahami Perubahan Sosial: Aplikasi Teknik Pengendalian dan Analisis Lingkungan Organisasi, (Banjarmasin; Makalah Disampaikan pada Acara Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Regional Kalimantan, tgl. 2 s.d. 6 September 2007)
Yasmadi, Modernisasi Pesantren (Kritik Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional), (Jakarta: Quantum Teaching, 2004)

Contoh Makalah Pernanan Manusia Sebagai Makhluk Individu Sosial Dan Budaya Terhadap Terbentuknya Peradaban Di Masyarakat

No comments:

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Sebagai mahluk hidup yang berada di muka bumi ini keberadaan manusia adalah sebagai mahluk individu dan mahluk sosial, dalam asrti manusia senantiasa tergantung dan atau berinteraksi dengan sesamanya. Dengan demikian, maka dalam kehidupan lingkungan sosial manusia senantiasa terkait dengan interaksi antara individu manusia, interaksi antar kelompok, kehidupan sosial manusia dengan lingkungan hidup dan alam sekitarnya, berbagai proses sosial dan interaksi sosial, dan berbagai hal yang timbul akibat aktivitas manusia seperti perubahan sosial.
Perkembangan manusia secara perorangan pun melalui tahap-tahap yang memakan waktu puluhan atau bahkan belasan tahun untuk menjadi dewasa. Upaya pendidikan dalam menjadikan manusia semakin berkembang. Perkembangan keindividualan memungkinkan seseorang untuk mengembangkan setiap potensi yang ada pada dirinya secara optimal dan untuk memenuhi kebutuhannya.
Secara sosial  sebenarnya  manusia merupakan mahluk individu  dan sosial yang mempunyai kesempatan yang sama dalam berbagai hidup dan kehidupan dalam masyarakat. Artinya setiap individu manusia memiliki hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dalam menguasai sesuatu, misalnya bersekolah, melakukan pekerjaan, bertanggung jawab dalam keluarga serta berbagai aktivitas ekonomi, politik dan bahkan beragam.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka penulis mengambil rumusana masalah sebagai berikut ::
1.      Bagaimana hakekat manusia sebagai makhluk individu ?
2.      Bagaimana hakekat manusia sebagai makhluk sosial ?
3.      Bagaimana hakekat manusia sebagai makhluk berbudaya ?
4.      Bagaimana Pemgembangan manusia sebagai makhluk individu sosial dan budaya ?

C.    Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.      Untuk memahami hakekat manusia sebagai makhluk individu
2.      Bagaimana hakekat manusia sebagai makhluk sosial.
3.      Untukmengetahui bagaimana Pemgembangan manusia sebagai makhluk individu dan sosial di masyarakat.
D.    Metode dan Prosedur
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu kepustakaan dan browsing di internet.


BAB II
PEMBAHASAN

A.     MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU
Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Menurut pendapat Dr. A. Lysen individu berasal dari bahasa latin individum, yang artinya tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang dipakai untuk meyatakan satu kesatuan yang paling kecil dan terbatas.
Kata individu bukan berarti manusia secara keseleruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan terbatas, yaitu perseorangan manusia.Individu menekankan penyelidikan kepada kenyataan-kenyataan hidup yang istimewa, dan seberapa mempengaruhi kehidupan manusiaIndividu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perorangan sehingga sering disebut “ orang seorang” atau “manusia perseorangan”.
Individu dalam hal ini adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkahlaku spesifik tentang dirinya. Akan tetapi dalam banyak hal banyak pula persamaan disamping hal-hal yang spesifik tentang dirinya dengan orang lain.
Disini jelas bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas didalam lingkungan sosaialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian, serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Persepsi terhadap individu atau hasil pengamatan manusia dengan segala maknanya merupakan suatu keutuhan ciptaan Tuhan yang mempunyai tiga aspek yang melekat pada dirinya, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis rohaniah, dan aspek sosial. Apabila terjadi kegoncangan pada salah satu aspek, maka akan membawa akibat pada aspek yang lainnya.
Kata Individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan. Individu berasal dari bahasa latin kata individium (tidak terbagi) dan dalam bahasa inggris berarti in (salah satunya mengandung pengertian tidak) dan divide (terbagi).Manusia sebagai makhluk individu mengandung arti bahwa unsur yang ada dalam diri individu tidak terbagi, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Jadi individu hanya sebutan yang tepat bagi manusia yang memiliki keutuhan jasmani dan rohaninya, keutuhan fisik dan psikisnya, keutuhan raga dan jiwanya.
Sebagai mahluk individu manusia sangat unik dan berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap individu akan sangat ekspresif tentangdirinya. Hal ini yang dikategorikan oleh para ahli dengan sifat, kepribadian, dan banyak istilah lain. Ekspresi manusia dapat melalui penampilan fisik, tingkah laku, nilai-nilai yang diyakini, dan setiap media dalam hidupnya adalah bentuk ekspresi individu. Ciri-ciri watak seorang individu yang konsisten, yang memberikan kepadanya identitas khusus, disebut sebagai “kepribadian”.
Banyak pakar yang memberikan pengertian tentang kepribadian. Dari beberapa konsep atau pengertian tentang kepribadian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah ciri-ciri / karakteristik watak individu yang konsisten yang berkenaan dengan sikap, keinginan, pola pikiran dan tingkah laku untuk berbuat, berpikir, dan merasakan khususnya apabila individu itu berhubungan dengan orang lain atau menanggapi suatu keadaan di lingkungannya. Kepribadian mempunyai karakteristik yang konsisten dan mencirikan kepribadian secara norma budayal. Karakteristik kepribadian tersebut merupakan perpaduan antara bawaan atau warisan yang dibawa sejak lahir dengan faktor lingkungan.

B.     Manusia Sebagai Mahluk Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang senantiasa hidup dengan manusia lain (masyarakatnya). Ia tidak dapat merealisasikan potensi hanya dengan dirinya sendiri. Manusia akan membutuhkan manusia lain untuk hal tersbut, termasuk dalam mencukupi kebutuhannya.
Manusia sebagai pribadi adalah berhakikat sosial. Artinya, manusia akan senantiasa dan selalu berhubungan dengan orang lain. Manusia tidak mungkin hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Fakta ini memberikan kesadaran akan “ketidakberdayaan” manusia dalam memenuhi kebutuhannya sendiri.
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Ketika manusia sebagai makhluk individu ternyata tidak mampu hidup sendiri. Pada usia bayi, ia sudah menjalin hubungan terutama dengan ayah dan ibu, dalam bentuk gerakan, senyuman, dan kata-kata. Pada usia 4 tahun, ia mulai berhubungan dengan teman- teman sebaya dan melakukan kontak sosial. Pada usia-usia selanjutnya, ia terikat dengan norma budaya-norma budaya pergaulan dengan lingkungan yang semakan luas. manusia hidup dalam lingkungan sosialnya. Ia dalam menjalani kehidupannya akan senantiasa bersama dan bergantung pada manusia lainnya.
Manusia saling membutuhkan dan harus bersosialisasi dengan manusia lainnya. Hal ini disebabkan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat memenuhinya sendiri. Ia akan bergabung dengan manusia lain membentuk kelompok-kelompok dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan tujuan hidup. Dalam hal ini, manusia sebagai individu memasuki kehidupan bersama dengan individu lainnya.
Berdasarkan proses diatas, manusia lahir dengan keterbatasan, dan secara naluriah manusia membutuhkan hidup dengan manusia lainnya. Manusia sejak lahir dipeliharadan dibesarkan dalam sesuatu masyarakat terkecil, yaitu keluarga. Keluarga terbentuk karena adanya pergaulan antar anggota sehingga dapat dikatakan bahwa berkeluarga merupakakn kebutuhan manusia. Esensinya, manusia memerlukan orang lain atau hidup hidup dalam kelompoknya
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan sebagai berikut
a.       Manusia tunduk pada aturan, norma budaya sosial.
b.      Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
c.       Mansuia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
d.      Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Manusia sebagai pribadi adalah berhakikat sosial. Artinya, manusia akan senantiasa dan selalu berhubungan dengan orang lain. Manusia tidak mungkin hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Fakta ini memberikan kesadaran akan “ketidakberdayaan” manusia dalam memenuhi kebutuhannya sendiri.
Kebutuhan akan orang lain dan interaksi sosial membentuk kehisupan berkelompok pada manusia. Berbagai kelompok sosial tumbuh seiring dengan kebutuhan manusia untuk saling berinteraksi.
Dalam berbagai kelompok sosial ini, manusia membutuhkan norma budaya-norma budaya pengaturannya. Terdapat norrma-norma budaya sosial sebagai patokan untukbertingkah laku bagi manusia di kelompoknya. Norma budaya-norma budaya tersebut ialah:
1.        Norma budaya agama atau religi, yaitu norma budaya yang bersumber dari Tuhan yang diperuntukkan bagi umat-Nya. Norma budaya agama berisi perintah agar dipatuhi dan larangan agar dijauhi umat beragama. Norma budaya agama ada dalam ajaran-ajaran agama.
2.        Norma budaya kesusilaan atau moral, yaitu norma budaya yang bersumber dari hati nurani manusia untuk mengajak kepada kebaikan dan menjauhi keburukan. Norma budaya moral bertujuan agar manusia berbuat baik secara moral. Orang berkelakuan baik adalah orang yang bermoral, sedangkan orang yang berkelakuan buruk adalah orang tidak bermoral atau amoral.
3.        Norma budaya kesopanan atau adat adalah norma budaya yang bersumber dari masyarakat dan berlaku terbatas pada lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Norma budaya ini di maksudkan untuk menciptakan keharmonisan hubungan antarsesama.
4.        Norma budaya hukum, yaitu norma budaya yang dibuat masyarakat secara remi (negara) yang pemberlakuannya dapat dipaksakan. Norma budaya hukum yang brsifat tertulis.

C.    Manusia sebagai Mahluk Berbudaya
Kata budaya merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti cipta, karsa, dan rasa. Sebenarnya kata budaya hanya dipakai sebagai singkatan kata kebudayaan, yang berasal dari Bahasa Sangsekerta budhayahyaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan dengan kata culturur.
Dalam bahasa Inggris culture. Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyaraka.
Manusia Perbedaan Manusia dengan makhluk lainnyaadalah : manusia mempunyai akal budi yang merupakan kemampuan berpikir manusia sebagai kodrat alami Budi erasal dari bahasa sanskerta Budh artinyaakal,tabiat, perangai, dan akhlak.
Menurut Sutan Takdir Alisyahbana Budi yang mnyebabkan manusia mengembangkan suatuhubungan bermakna dengan alam sekitarnya dengan jalan memberikan penilaian objektif terhadap objek dan kejadian.Manusia dengan akal budinya mampumemperbaruhi dan mengembangkan sesuatu untuk kepentingan hidup dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.
Selain itu, norma budaya dapat dibedakan pula menjadi empat macam berdasarkan kekuatan berlakunya dimasyarakat. Ada norma budaya yang daya ikatnya sangat kuat, sedang, dan ada pula norma budaya yang daya ikatnya  sangat lemah yang mempengaruhi kebudayaan, sikap dan kelakuan yang telah menyatu kuat dalam pola-pola perilaku sebuah masyarakat.


D.    Pengembangan Manusia SebagaiMakhluk Individu, Sosial Dan Budaya terhadap Terbentuknya Peradaban di Masyarakat
Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan.
Tatkala seoang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh kaena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan.
Oleh karena itu lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri, hal ini dapat dilihat pada gambar siklus hubungan manusia dengan lingkungan.
Sebagai makhluk individu,sosial dan berbudaya yang menjadi satu kesatauan dalam suatu organisasi atau kelompok dimasyarakat, manusia harus memiliki kesadaran diri yang dimulai dari kesadaran pribadi di antara segala kesadaran terhadap segala sesuatu.
Kesadaran diri tersebut meliputi kesadaran diri di antara realita, self-respect, self-narcisme, egoisme, martabat kepribadian, perbedaan dan persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran akan potensi-potensi pribadi yang menjadi dasar bagi self-realisation.  Bentuk pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu, sosial dan Budaya terjadi karena pepangaruh beberapa hal, diantaranya :
a.       Cara
Cara adalah bentuk kegiatan manusia yang daya ikatnya sangat lemah. Norma budaya ini lebih menonjol dalam hubungn antarindividu atau perorangan. Pelanggaran terhadap norma budaya ini tidak mengakibatkan hukuman yang berat, tetapi sekedar celaan.  Contohnya cara makan, ada yang makan sambil berdiri dan ada yang makan sambil duduk. Cara makan sambil duduk dianggap lebih panas dibandingkan cara makan sambil bediri.
b.      Kebiasaan
Kebiasaan adalah kegiatan atau perbuatan yang di ulang-ulang dalam bentuk yang sama oleh orang banyak kerana disukai. Norma budaya ini lebih kuat daya ikatnya dari pada norma budaya cara. Contohnya, kebiasaan salam bila bertemu.
c.       Tata kelakuan
Tata kelakuan adalah kebiasaan yang di anggap sebagai norma budaya pengatur. Sifat norma budaya ini disatu sisi sebagai pemaksa suatu perbuatan dan disisi lain sebagai suatu larangan. Dengan demikian, tata kelakuan dapat menjadi acuan agar masyarakat menyusuaikan diri dengan kelakuan yang ada serta meninggalkan perbuatan yang tidak sesui dengan tata kelakuan.
Dari beberapa penjelasan poin secara langsung maupun tidak langsung dapat terciptanya suatu perdaban, kebiasaan dalam tatanan hidup dimasayarakat, baik manusia  berkedudukan sebagai mahluk Individu, manusia  berkedudukan sebagai mahluk sosial maupun manusia  berkedudukan sebagai mahluk berbudaya.
Istilah peradaban dalam bahasa Inggris disebut Civilization. Istilah peradaban sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian kita terhadap perkembangan kebudayaan. Pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya berwujud unsur-unsur budaya yang bersifat halus, indah, tinggi, sopan, luhur dan sebagainya, maka masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dikatakan telah memiliki sebuah peradaban yang tinggi.
Peradaban merupakan sebuah kajian dalam keilmuan sosial yang memiliki berbagai arti dalam kaitannya dengan masyarakatserta manusia sebagai objek kajian. Seringkali istilah ini digunakan untuk merujuk pada suatu masyarakat yang “kompleks” yang mana memiliki ciri-ciri :
1.      Melakukan praktik dalam pertanian
2.      Hasil karya dan pemukiman
3.      Melakukan perbandingan dengan budaya lain
4.      Anggota-anggota sebuah peradaban akan disusun dalam beragam pembagian kerja yang rumit dalam struktur hirarki sosial.
Istilah peradaban sering digunakan sebagai persamaan yang lebih luas dari istilah “budaya” yang populer dalam kalangan akademis yang dalam proses kajian terhadap sebuah kebudayaan. Yang mana dimana setiap manusia dapat berpartisipasi dalam sebuah budaya, yang dapat diartikan sebagai “seni, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, nilai, bahan perilaku dan kebiasaan dalam tradisiyang merupakan sebuah cara hidup dalam bermasyarakat”.
Namun, dalam sebuah definisi yang paling banyak digunakan adalah peradaban dalam istilah deskriptif yang relatif dan kompleks untuk pertanian dan budaya kota. Peradaban dapat dibedakan dari budaya lain oleh kompleksitas dan organisasi sosial dan beragam kegiatan ekonomi sosial budaya.
Dalam sebuah pemahaman lama tetapi masih sering dipergunakan adalah istilah “peradaban” dapat digunakan dalam cara sebagai normatif baik dalam konteks sosial di mana budaya kota yang dianggap unggul “ganas” atau “biadab”, konsep dari “peradaban” digunakan sebagai sinonim untuk “budaya ataupun kajian moral yang lebih menekankan pada keunggulan dari kelompok tertentu.” Dalam artian yang sama, peradaban dapat berarti “perbaikan pemikiran, tata krama, atau rasa”.
Yang mana setiap bagian dari masyarakat mampu untuk mempraktikkan pertanian secara intensif, memiliki pembagian kerja yang kompleks dan kepadatan penduduk yang mencukupi untuk membentuk struktur kota-kota. “Peradaban” dapat juga digunakan dalam konteks luas untuk merujuk pada seluruh atau tingkat pencapaian manusia dan penyebarannya (peradaban manusia atau peradaban global). Istilah peradaban sendiri sebenarnya bisa digunakan sebagai sebuah upaya manusia untuk memakmurkan dirinya dan kehidupannya. Maka, dalam sebuah peradaban pasti tidak akan dilepaskan dari tiga faktor yang menjadi tonggak berdirinya sebuah peradaban.
Wujud peradaban moral memiliki empat hal yang sangat bergantung antara satu hal dengan hal yang lain. Keempat hal tersebut adalah :
1.      Nilai-nilai:dalam masyarakat merupakan dasar pembentuk kesusilaan. Atau ebuah konsep abstrak dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk, indah atautidak indah, dan benar atau salah
2.      Norma :aturan, ukuran, atau pedoman yang dipergunakan dalam menentukan sesuatu benar atau salah, baik atau buruk suatu kejadian yang terjadi atau timbul dari dalam masyarakat. Kata Norma dapat berarti berbagai macam hal. Beberapa kata yang berhubungan dengan norma adalah sebagai berikut: Norma (sosiologi) patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu.Norma (rasi bintang), suatu rasi bintang kecil di belahan selatan.
3.      Etika :nilai-nilai dan norma moral tentang apa yang lebih baik serta apa yang lebih buruk yang mana mampu menjadi pegangan dalam mengatur tingkah laku manusia. Bisa juga diartikan sebagai etika dalam sopan santun. Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.[rujukan?]Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab
4.      Estetika :berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam keindahan, mencakup sebuah kesatuan (unity), keselarasan (balance), dan kebalikan (contrast). Atau Estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahaskeindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.




BAB III
PENUTUP

A.     Simpulan
Manusia sebagai makhluk individu mengandung arti bahwa unsur yang ada dalam diri individu tidak terbagi, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Jadi individu hanya sebutan yang tepat bagi manusia yang memiliki keutuhan jasmani dan rohaninya, keutuhan fisik dan psikisnya, keutuhan raga dan jiwanya. Sebagai individu, manusia dituntut untuk dapat mengenal serta memahami tanggung jawabnya bagi dirinya sendiri, masyarakat dan kepada Sang Pencipta. Sebagai mahluk individu manusia sangat unik dan berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap individu akan sangat ekspresiftentang  dirinya.
Hal ini yang dikategorikan oleh para ahli dengan sifat, kepribadian, dan banyak istilah lain. Dikatakan unik karena manusia memiliki beragai macam perbedaan dengan setiap manusia lain, mempunyai cara yang berbeda dalam upaya memenuhi kebutuhannya. perilaku atau aktivitas yang ada pada diri manusia (individu/organisme) tidak timbul dengan sendirinya tetapi akibat dari rangsangan (stimulus) yang diterima organisme bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stimulus internal.
Sebagai individu, manusiapun mempunyai tujuan hidup sebagaimana yang di jelaskan oleh filsuf dan juga sufi Al Ghazali tujuan manusia sebagai individu adalah mencapai kebahagiaan dan kebahagiaan yang paling utama harus diketemukan di kehidupan yang akan datang, sarana utama kepada tujuan itu ada dua macam amal baik lahiriah berupa ketaatan kepada aturan-aturan tingkah laku yang diwahyukan dalam kitab suci dan upaya bathiniah untuk mencapai keutamaan jiwa.

B.     Saran
Sebagai makhluk individu, kita memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan tindakan instingtif belaka. kita yang biasa dikenal dengan mahluk sempurna memiliki akal pikiran yang dapat digunakan untuk berpikir dan berlaku bijaksana. Dengan akal tersebut, maka kita harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam dirin seperti, karya, cipta, dan karsa.
Dengan pengembangan potensi-potensi yang ada, kita bisa mampu mengembangkan diri sebagai manusia seutuhnya yaitu makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
Kita sebagi seorang calon pendidik harus sadar bahwa dalam rangka mendidIk anak tidak boleh memaksa karena dalam diri anak ada suatu prinsip pembentUkan dan pengembangan yang ditentukan oleh dirinya sendiri. Pendidikan hendaknya menghormati keindividualitasn anak, karakteristik individu anak, kepribadian anak, keunikannya, dan martabatnya.


DAFTAR PUSTAKA


Effendi, Ridwan Drs, M.Ed. Dra. Elly M. Setiadi, Msi, 2006 Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi (PLSBT). Bandung : UPI PRESS

Hans. J Daeng. (2006). Manusia Kebudayaan dan Lingkungan. Jakarta : PT Pustaka Pelajar.

Ridwan Effendi, dkk. (2007). Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya Dan Teknologi. Bandung : Yasindo Multi Aspek.

Http//: Devinisi Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial_Warta Warga.mht